Gampang Rusak, Kertas LJK UN Kembali ke 100 Gram

Gampang Rusak, Kertas LJK UN Kembali ke 100 Gram
Gampang Rusak, Kertas LJK UN Kembali ke 100 Gram

jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) benar-benar belajar dari kelemahan penyelenggaran ujian nasional (unas) tahun lalu.

Pada Unas 2013 lalu, banya keluhan tentang kualitas kertas LJK (lembar jawaban komputer) yang tipis dan gampang rusak. Untuk tahun ini, kertas LJK kembali ke jenis 100 gram.

Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, kebijakan dalam POS (prosedur operasional standar) Unas 2014 menyebutkan bahwa LJK menggunakan jenis kertas 100 gram. "Kualitas kertas sepert ini, kembali seperti zaman-zaman dulu. Tidak tipis seperti tahun lalu," kata Menteri asal Surabaya itu.

Penggunaan kertas 100 gram untuk LJK ini, memiliki dampak negatif dan positif. Dampak positifnya adalah, siswa peserta ujian tidak perlu was-was kertas bakal rusak ketika dihapus dengan karet penghapus. Sebab dengan kertas 100 gram, penghapusan bisa lebih aman ketimbang LJK Unas 2013 yang menggunakan kertas 70 gram.

Dampak negatifnya adalah, bakal terjadi kerumitan dalam teknis percetakan. Nuh mengatakan bahwa LJK dengan lembar soal ujian merupakan satu kesatuan paket yang utuh. "Tidak bisa terpisah, karena ada barcode yang menyatukannya," ujarnya.

Jadi LJK dengan barcode tertentu, hanya bisa dipindai untuk jawaban dari lembar soal dengan barcode yang sama. Nuh meminta pihak percetakan yang sudah diputuskan memenangi tender penggandaan naskah ujian harus bisa menyiasatinya.

Bagaimanapun caranya, lembar LJK yang gandeng dengan sampul (jenis kertas 100 gram) harus bisa satu paket dengan lembar soal ujian (jenis kertas 70 gram). "Teknisnya bagaimana, kami serahkan ke masing-masing percetakan," papar dia.

Selain itu Nuh juga memaparkan soal teknis pelaksanaan ujian. Dia mengatakan setelah ujian berlangsung, pengawas mengambil naskah LJK yang sudah dikerjakan siswa. "LJK langsung dipaketin (oleh pengawas, red) di ruang ujian," paparnya.

JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) benar-benar belajar dari kelemahan penyelenggaran ujian nasional (unas) tahun lalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News