Gara-gara Tekuni Film Dokumenter, Iwan Setiawan Kenyang Kena Teror

Hampir Diculik ketika Ungkap Aparat yang Jadi Beking

Gara-gara Tekuni Film Dokumenter, Iwan Setiawan Kenyang Kena Teror
Maniak Dokumenter : Iwan Setiawan, penggagas komunitas Salam Dokma saat ditemui di Kuningan, Jakarta kemarin (21/06) Foto : Ridlwan/ Jawa Pos
Dia mencontohkan salah seorang anggota komunitas film dokumenter Mohammad Addiartha Putra Kusuma. Siswa Sekolah Menengah Atas Kolese Kanisius, Jakarta, itu selalu membawa handycam setiap jalan ke mana saja.

Suatu waktu, dia tersentil melihat temannya yang benci musik jazz gusar membaca iklan Java Jazz di koran. Jadilah film superpendek bertajuk Made with Jazz yang menjadi film terbaik dalam lomba film SMA di Festival Film Institut Kesenian Jakarta tahun lalu. "Kebanyakan orang komunitas dokumenter adalah orang-orang yang gelisah dengan lingkungannya dan mencurahkan dalam bentuk audio visual," ujar bapak dua anak tersebut.

Dia mengutip definisi film dokumenter dari ilmuwan Inggris, Frank Beaver, yang menulis Dictionary of Film Terms. "Sederhananya, sebuah film nonfiksi," katanya. Film dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan aktor, dan temanya terfokus pada subjek-subjek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, sosial, atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah memberikan pencerahan, informasi, pendidikan, melakukan persuasi, dan memberikan wawasan tentang dunia yang kita tinggali.

Sebelum terjun total dalam dunia film dokumenter, dia pernah menjadi jurnalis. Hampir delapan tahun di Tempo, Iwan lantas menggawangi program SIGI SCTV yang berfokus pada investigasi kasus-kasus yang tak terungkap ke publik.

Bagi sebagian orang, film dokumenter mungkin dianggap tak menarik untuk ditonton, apalagi ditekuni. Tapi, hal itu tak berlaku bagi Iwan Setiawan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News