Gara-gara Tekuni Film Dokumenter, Iwan Setiawan Kenyang Kena Teror

Hampir Diculik ketika Ungkap Aparat yang Jadi Beking

Gara-gara Tekuni Film Dokumenter, Iwan Setiawan Kenyang Kena Teror
Maniak Dokumenter : Iwan Setiawan, penggagas komunitas Salam Dokma saat ditemui di Kuningan, Jakarta kemarin (21/06) Foto : Ridlwan/ Jawa Pos
Di antara ratusan simpatisan yang datang, yang benar-benar hidup dari film dokumenter memang hanya belasan. "Kami ingin hidup dari film dokumenter. Sampai sekarang masih jarang orang yang mendedikasikan dan benar-benar hidup dari dokumenter," tegasnya.

Menurut Iwan, menekuni film dokumenter seperti bertanam pohon jati. "Hasilnya tidak bisa dipetik tiap bulan, tapi mungkin lima atau enam tahun lagi," tuturnya. Film dokumenter akan semakin dicari saat langka. Misalnya, film tentang pembuat keris kawakan yang sangat terkenal. Saat ini film tersebut belum tentu dijual. "Tapi, kalau sang empu itu sudah wafat, filmnya jadi langka," ujarnya.

Iwan sekarang mengembangkan sebuah perpustakaan audio visual di Yayasan Amerta di Bogor. Selain itu, dia sibuk membuat web. "Siapa pun yang ingin lihat dan up load film dokumenternya bisa gratis," katanya.

Dia mengaku terinspirasi komunitas serupa di Austria. "Saya baru saja pulang dari sana. Di Austria, khusus untuk film dokumenter saja ada 250 production house," ungkapnya.

Bagi sebagian orang, film dokumenter mungkin dianggap tak menarik untuk ditonton, apalagi ditekuni. Tapi, hal itu tak berlaku bagi Iwan Setiawan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News