Gawat, Daerah Ini Krisis Air

Gawat, Daerah Ini Krisis Air
ILUSTRASI. FOTO: Dok. Timor Express/JPNN.com

"Lama-lama kita bisa tenggelam,” ungkap Ardhi.  

Ia menyebutkan, indeks kebutuhan air di Pulau Lombok saja sudah mencapai 76 persen. Artinya, jika dihitung 76 persen sudah kritis. Sementara di Pulau Sumbawa indeks kebutuhan air hanya 29 persen, artinya masih sedikit potensi air yang digunakan.

Sementara itu Kepala Balai Informasi Sumber Daya Air Dinas PU NTB H Masnun Masbullah menjelaskan, potensi air di NTB dibagi dalam dua kelompok. Pertama potensi air di Pulau Lombok kurang lebih 5 miliar kubik. Sedangkan andalan air yang tersedia sebesar 2,8 miliar kubik, dari andalan ini yang sudah terpakai 2,1 miliar atau sudah terpakai 76 persen, selisihnya sangat sedikit sehingga dikatakan kritis air bersih.

”Kebanyakan air di Pulau Lombok ini untuk pertanian, sekitar 66 persen,” katanya.

Sedangkan di Sumbawa memiliki potensi air 15 miliar kubik, andalan air yang tersedia sebanyak 6,4 miliar, tapi yang terpakai baru 1,8 miliar sehingga masih surplus air. Surplus air di Sumbawa ini dimanfaatkan dengan memperbanyak infrastruktur pengelolaan sumber daya air. Air yang digunakan untuk pertanian baru 54 persen.

Untuk menunjang krisis air di NTB ini, sudah ada 2.237 embung rakyat dan 10 bendungan besar yakni Bendungan Meninting,  Mujur, Pandanduri, Bintang Bano, Krekeh, Rababaka, dan Bendungan Labangka. Kondisi airnya menyusut saat musim kemarau, tapi masih ada beberapa yang berfungsi dengan baik. "Secara umum kondisi bendungan sudah sangat tua,” katanya.

Karena air sudah menjadi komoditi, dikhawatirkan hal ini bisa menjadi penyebab konflik sosial ke depan. Untuk itu, solusi untuk mengatasi krisis air ini adalah water treatment plan dan penyulingan air laut ke depan sangat dibutuhkan. Di samping itu, pemerintah dan warga harus tetap menjaga kelestarian alam, tidak menebang hutan dan sebagainya.(JPG/ili/r7/fri/jpnn)

MATARAM - Kerusakan lingkungan yang menyebabkan krisis air menjadi masalah serius Provinsi NTB. Meski belum menunjukkan dampak secara masif, tapi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News