Gelombang Eksodus Ratusan PSK Dolly Dimulai

Gelombang Eksodus Ratusan PSK Dolly Dimulai
Gelombang Eksodus Ratusan PSK Dolly Dimulai

Kapolsek Sawahan Kompol Manang Soebeti mengambil langkah antisipatif untuk mengawal kepulangan para PSK itu. "Kami menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Sementara itu, kondisi Dolly dua hari setelah deklarasi penutupan terlihat sepi. Meski masih banyak wisma yang nekat buka, tidak banyak pelanggan yang datang. Mulyono, salah seorang makelar, mengatakan tidak mendapat banyak pelanggan seperti pada malam-malam sebelumnya. Biasanya dua jam dia bisa menggaet empat hingga lima pelanggan. Tapi, hingga dini hari, dia harus ekstrasabar. "Cuma satu orang, Mas," ucapnya.

Dia menduga, kebutuhan hidup orang-orang yang biasa ke Dolly sedang banyak. Misalnya, untuk biaya masuk sekolah. "Latar belakang pelanggan kami ini kan macam-macam," tutur pria berbadan kekar itu.

Akses masuk ke lokalisasi masih diblokade. Bahkan, penutupan itu dilakukan lebih awal ketimbang Kamis lalu (19/6). Kemarin warga menutup jalan sejak pukul 10.15. Selain menutup jalan dengan menggunakan portal dan  bangku, warga membentangkan tali plastik untuk mempertegas blokade itu. Beberapa orang berjaga di mulut gang.

Jalanan lengang yang diblokade itu dimanfaatkan anak-anak untuk bermain. Mereka seolah mendapat arena yang luas untuk bermain bola. Beberapa bocah yang lain asyik bersepeda zig-zag di antara barikade ketat Gang Dolly.

Keceriaan para bocah itu berbeda dengan pedagang. Mereka tidak bisa tersenyum menyambut pelanggan. Sutarni, seorang pedagang, mengatakan blokade tersebut memengaruhi omzet tokonya. "Dolly mau tutup saja sudah susah, apalagi ditambah blokade jalan," ungkapnya.

Pernyataan itu tidak berlebihan. Isu penutupan Dolly mengurangi jumlah pembeli yang datang pada malam. Sementara itu, blokade pada siang membuat pelanggan menjauh. "Biasanya sehari bisa dapat Rp 500 ribu. Itu paling sedikit," kata Sutarni. Dia berharap, Dolly tidak ditutup.

Penutupan Dolly dan kepulangan para PSK membuat para pedagang khawatir. Apalagi, sebagian besar pekerja prostitusi di Dolly punya utang di toko. "Kebanyakan transaksi di Dolly dilakukan dengan ngebon," ucap Mulyono, salah seorang pedagang.

SURABAYA - Satu demi satu pekerja seks komersial (PSK) Dolly, Surabaya, mulai meninggalkan kompleks lokalisasi itu. Tadi malam puluhan perempuan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News