Gembong Primadjaja: Tak Mungkin Radikalisme Bisa Nyaman di Indonesia

Gembong Primadjaja: Tak Mungkin Radikalisme Bisa Nyaman di Indonesia
Mantan Sekjen IA ITB periode 2016-2020 Gembong Primadjaja. Foto: dokumen pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Calon Ketua Umum Ikatan Alumni ITB (IA ITB) Gembong Primadjaja menyoroti masalah pluralisme dan radikalisme yang belakangan menuai sorotan di Indonesia. 

Menurut dia, pluralisme sudah menjadi bagian dari kebangsaan Indonesia. Pluralisme berhasil dibingkai ke dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika dan mampu membawa Indonesia menjadi negara yang demokratis dan beradab.

“Dengan menjunjung tinggi prinsip pluralisme, saya meyakini rasanya tak mungkin radikalisme bisa hidup dengan nyaman di Indonesia,” kata Gembong dalam keterangan resminya, Selasa (16/2).

Terkait radikal, Gembong coba menarasikan kata tersebut ke sisi positif. Ia mencontohkan dirinya juga radikal dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. 

Begitu pula dengan proses pembelajaran di ITB, yang menurut Gembong juga radikal dalam mendidik para mahasiswa agar kelak bisa berperan bagi kemajuan bangsa.

Pernyataan Gembong soal radikalisme ini menyikapi kehebohan yang terjadi beberapa hari belakangan, yang dipicu oleh Gerakan Anti-Radikalisme (GAR) Alumni ITB. 

“Perbedaan persepsi di kalangan alumni ITB menjadi PR untuk bisa dijembatani. Harus ada orang yang punya waktu cukup untuk menngurus IA ITB, agar pihak-pihak yang berbeda persepsi itu bisa saling menjalin interaksi dan komunikasi,” ujar dia.

Gembong mengaku tidak pernah diajak untuk bergabung dengan gerakan tersebut. Dia mengajak pihak-pihak yang berbeda pandangan untuk menahan diri supaya kondisinya bisa mendingin dan lebih kondusif.

Gembong Primadjaja mengatakan pluralisme sudah menjadi bagian dari kebangsaan Indonesia dan tidak ada tempat untuk radikalisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News