Gerakan Pemuda Ansor: Dunia Harus Membangun Keseimbangan Baru

Gerakan Pemuda Ansor: Dunia Harus Membangun Keseimbangan Baru
Suasana seminar internasional yang diadakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan PP GP Ansor pada Rabu (28/10/2020) di Jakarta. Foto: dok pri

“Hal ini menempatkan kita dalam alur cita-cita yang segaris dengan aspirasi yang terkandung di dalam hasil kajian dari Komisi tentang Hak-hak Yang Tak Dapat Dicabut (Commission on Unalienable Rights) itu,” tandasnya.

Dia menjelaskan, sebagai bangsa yang sedari awal sadar terbentuk dari beragam suku, agama, ras, budaya dan bahasa, para pendiri bangsa Indonesia menggali nilai-nilai yang bersumber dari kemajemukan pandangan masyarakat, termasuk nilai-nilai Islam Rahmatan Lil ‘alamin, dan menyepakati Pancasila sebagai titik temu yang merekatkan dan mempersatukan perbedaan-perbedaan tersebut.

Pancasila memuat pengakuan terhadap hak asasi manusia, dan mengedepankan nilai-nilai untuk menjaga dan melindungi hak asasi manusia tersebut.

Pancasila juga mengakui kebebasan beragama, yang tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain, juga mengedepankan nilai-nilai untuk menumbuhkembangkan rasa hormat dan kerja sama antarpemeluk agama yang berbeda.

“Pancasila juga menumbuhkan kerukunan antarumat beragama, dan menumbuhkan rasa saling menghormati kebebasan beribadah yang sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing,” terang Gus Yaqut.

Gus Yaqut melanjutkan, Pancasila mengakui harkat dan martabat manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya, dan juga mengedepankan nilai-nilai untuk mengembangkan sikap saling menyayangi dan saling toleransi.

“Ada kunci penting di sini, yakni empati. Empati adalah salah satu kunci penting dalam memajukan hak asasi manusia,” imbuhnya.

GP Ansor memandang, Pancasila juga tidak hanya mengedepankan pembinaan sikap adil terhadap sesama dan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai untuk menghormati hak orang lain dan mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan serta gotong royong.

Dengan begitu, ujar Gus Yaqut, Pancasila tidak hanya mengakui bahwa bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai untuk mengembangkan rasa hormat dan kerjasama dengan bangsa lain.

Menurut Yaqut, dengan menyadari dinamika global yang sangat memprihatinkan, dan pentingnya keseimbangan baru mewujud dalam tatanan yang didasarkan atas aturan-aturan yang disepakati bersama (rules-based order), maka pada 2017, di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang, GP Ansor mengumumkan “Deklarasi Gerakan Pemuda Ansor tentang Islam untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam)” yang berisi peta jalan untuk membangun gerakan global menuju terwujudnya peran nyata Islam dalam memberi jalan keluar bagi masalah-masalah kemanusiaan di abad ini.

“Deklarasi itu kemudian disusul dengan apa yang disebut sebagai “Manifesto Nusantara” yang ditetapkan oleh Gerakan Pemuda Ansor pada tahun 2018 di Yogyakarta, dan seruan kepada dunia, yang dalam Hari Sumpah Pemuda Ke-92 hari ini sangat relevan,” katanya.

Dia kemudian mengutip kembali Seruan Nusantara GP Ansor, yakni:

Seruan Nusantara

Kami mengajak semua pihak
yang memiliki kehendak baik
dari semua agama dan kebangsaan
untuk bergabung bersama membangun konsensus global
untuk mencegah dijadikannya Islam sebagai senjata politik,
baik oleh Muslim maupun Non-Muslim,
dan memupus maraknya kebencian komunal,
melalui perjuangan untuk mewujudkan tata dunia
yang ditegakkan di atas dasar perhormatan
terhadap kesetaraan hak dan martabat
bagi setiap manusia.(dkk/jpnn)

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, berbagai masalah yang melanda dunia dewasa ini memperlihatkan dinamika yang sangat memprihatinkan.


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News