Gibran Birokrasi

Oleh: Dahlan Iskan

Gibran Birokrasi
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Atasan mereka sudah tidak sempat mencatat prestasi itu –apalagi memberikan penghargaan dalam bentuk karier.

Mereka sudah lebih sibuk lirik-sana-lirik-sini. Sambil sembunyi-sembunyi: cari cantolan baru.

Yang lebih melemahkan lagi: semua birokrasi akan lebih hati-hati. Tidak mau salah ambil keputusan. Tidak berani tanda tangan yang mengandung risiko.

Mereka juga lebih berani menolak perintah atasan. Setidaknya ngelesi. Muter-muter. Mungkin masih terlihat takut pada atasan tetapi itu pura-pura. Gerak pun kian lambat.

Atasan memerintahkan A, bawahan pura-pura salah dengar. Capaian target bisa meleset.

Satu kalimat Megawati tersebut belum bisa membuat kerbau itu berjalan lagi.

Kalimat Megawati itu sangat menenangkan tetapi belum bisa jadi cambuk untuk menggerakkan mereka. Tidak akan ada cambuk.

Model apa pun. Siklus lame duck itu sudah seperti menjadi sunnatullah. Itulah salah satu kelemahan sistem demokrasi.

KALIMAT sejuk ini rasanya seperti boba di kala dahaga, apalagi Megawati Soekarnoputri yang mengucapkannya. Apakah Gibran jadi jaminan?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News