Giliran Pedagang Ayam Mogok

Giliran Pedagang Ayam Mogok
Foto ilustrasi.dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Giliran pedagang daging ayam yang melakukan aksi mogok akibat harga yang melonjak.  Pedagang ayam potong (broiler) di Jakarta dan beberapa kota besar di Jawa Barat memilih menutup lapaknya  selama tiga hari. Sebelumnya, aksi serupa dilakukan pedagang daging sapi, namun mereka kini sudah kembali berjualan.

"Di pasar Kramat Jati pedagang ayam sudah tidak jualan sejak senin (17/8). Rencananya sampai tiga hari, kamis (20/8) baru jualan lagi. Mereka ini sebenarnya protes ke pemasok karena menjual dengan harga tinggi, sehingga margin keuntungan mereka semakin tipis," ujar Asisten Manajer Usaha dan Pengembangan Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Riskan Almahdi kemarin (18/8).
    
Di Pasar Kramat Jati biasanya terdapat sekitar 30 pedagang ayam potong. Pantauan di lantai dua Pasar Kramatjati yang biasanya ramai berjualan ayam sekarang sepi aktivitas jual beli. Hanya terlihat keranjang ayam kosong yang menumpuk. Riskan mengaku tidak bisa mencegah aksi mogok yang dilakukan para pedagang. "Itu hak asasi mereka kalau memang berat jualan mau bagaimana lagi," tuturnya.
    
Rasimin, 41, salah seorang pedagang ayam di Pasar Kramat Jati mengaku secara sukarela mogok berjualan mengikuti aksi yang dilakukan oleh teman-temannya. Pasalnya, dalam seminggu terakhir harga ayam melambung tinggi.”Kalau biasanya kita ambil dari pemasok cuma Rp 21.000-22.000 perkilogram, sekarang sudah Rp 30.000 perkilogram. Wajar kalau jualnya sampai Rp 40.000 perkilogram,” sebutnya.
    
Sayangnya, untuk menjual dengan harga Rp 40.000 perkilogram tidak mudah. Sejak harga ayam melambung tinggi, omzet penjualannya malah turun. Dari biasanya bisa menjual 30-50 ayam sekarang hanya sekitar 15-20 ayam dalam sehari. "Kalau berat ayam sampai 1,3 kilogram harganya bisa sampai Rp 48.000 per ekor. Jarang sekali yang beli kalau harga segitu," tambahnya.
    
Dia berharap harga ayam dari pemasok bisa turun setelah aksi mogok itu dilakukan. Sebab jika tidak turun maka pedagang dan pemasok akan sama-sama merugi. Berdasar pantauan Jawa Pos, untuk wilayah Jakarta aksi mogok jualan itu baru dilakukan pedagang ayam Pasar Kramat Jati, Pasar Tebet dan Pasar Palmerah.

"Kita masih jualan karena masih ada stok, dan belum ada instruksi," ujar Darsih, 52, pedagang ayam di Pasar Kebayoran Lama.
    
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Srie Agustina menilai peningkatan harga daging ayam karena terkerek harga daging sapi yang masih sekitar Rp 120 ribu perkilogram. Meski sempat melakukan aksi mogok jualan pada 8-12 Agustus 2015, namun harga daging ayam belum banyak berubah.

"Informasi dari peternak, setelah daging sapi mahal, permintaan ayam naik hingga 20 persen," sebutnya.
    
Daging ayam banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai substitusi daging sapi. Sayangnya, naiknya permintaan ayam tidak dibarengi dengan stok ayam peternakan yang telah habis setelah Lebaran.

Saat ini peternak masih dalam proses pembesaran ayam sehingga pasokan ayam di pasaran tidak banyak.

"Anak ayam itu baru bisa dipanen kalau umurnya 25 hari jadi sekarang mungkin belum siap," tukasnya.
       
Hal itu yang menyebabkan harga daging ayam cenderung naik beberapa pekan terakhir. Pihaknya memprediksi dalam waktu satu dua minggu kedepan sudah banyak peternak yang panen sehingga harga ayam di pasaran akan kembali turun.

"Saya kira pedagang bukan lagi mogok tapi sedang menunggu harga kembali turun. Toh di beberapa pasar masih ada yang jualan. Jadi tidak perlu khawatir," jelasnya. (wir)

 


JAKARTA - Giliran pedagang daging ayam yang melakukan aksi mogok akibat harga yang melonjak.  Pedagang ayam potong (broiler) di Jakarta dan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News