Sarasehan Daring Satupena-2

Goenawan Mohammad: Penghargaan Bukan Tujuan Penulis, yang Penting Berkarya

Goenawan Mohammad: Penghargaan Bukan Tujuan Penulis, yang Penting Berkarya
Sastrawan sekaligus pendiri Tempo Goenawan Mohamad ketika tampil sebagai pembicara dalam sarasehan daring (Sadaring) Satupena ke-2 digelar pada Minggu siang (22/8). Foto: Flyer Satupena

Perbaikan besar-besaran dalam pendidikan sastra di sekolah lebih penting ketimbang fokus pada penghargaan.

Menjawab pertanyaan tentang peran media dalam menumbuhkan perkembangan sastra, GM mengatakan, kekurangan sastra kita adalah menelaah karya kita sendiri. Harus diakui, media di Indonesia kurang menyediakan ruang untuk karya sastra. Ruang perbincangan tentang sastra semakin menyempit dan makin berkurang pula elaborasi kritik sastra.

“Tradisi menulis risalah sangat penting sebagai bagian refleksi dari apa yang telah kita tuliskan,” kata Goenawan.

Soal format, bisa online, cetak, itu bukanlah masalah.  Yang penting, kita harus menumbuhkan apresiasi dan kritik penulisan, termasuk pada karya sastra.

Benahi Ekosistem Kepenulisan

Pada forum yang sama, penulis Linda Christanty mengakui, penghargaan tetap dibutuhkan sebagai apresiasi bagi penulis. Bahwa karyanya berkualitas dan penting untuk dihargai.

Namun demikian, kritik perlu disampaikan terhadap lembaga pemberi penghargaan dan mekanisme penghargaan tersebut.

Sebab pemberian penghargaan tak lepas dari kepentingan politik maupun kepentingan segelintir orang yang berkuasa di panitia atau komite penghargaan. Penjurian di Indonesia seringkali dilingkupi oleh KKN yang akhirnya mengubah hasil akhir penjurian.

Penulis sekaligus Pendiri Tempo Goenawan Mohammad mengatakan penghargaan kepada penulis atau penghargaan sastra bukanlah sesuatu yang penting atau utama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News