Green Sukuk Dinilai Berkontribusi Membangun Perekonomian Bangsa

Green Sukuk Dinilai Berkontribusi Membangun Perekonomian Bangsa
Salah satu EBT yakni panel surya. Ilustrasi Panel Surya: Pertamina

Dwi mencontohkan beberapa proyek hijau yang dibiayai dari hasil penerbitan Green Sukuk, antara lain proyek pengolahan sampah Piyungan di Yogyakarta, proyek panel surya di Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan, Proyek Perlindungan Pantai Taluda, Bone Bolango, Gorontalo, dan Proyek Light Rail Transit, Palembang, Sumatera Selatan.

Menurut Dwi, sejak 2018, pemerintah telah berhasil menerbitkan Green Sukuk di pasar global dengan total mencapai USD 6 miliar. 

Lalu di pasar domestik, pemerintah juga telah menerbitkan Green Sukuk ritel pertama di dunia pada bulan November 2019 dan dijual secara online kepada investor individu, dengan total penerbitan sampai dengan 2023 mencapai Rp 25,2 triliun.

"Di samping itu, pemerintah juga menerbitkan Green Sukuk melalui lelang dengan seri PBSG001 sejak 2022 dengan total sampai dengan saat ini mencapai Rp20,4 triliun," lanjut Dwi Irianti.

Meski begitu, menurut Dwi Irianti, masih banyak tantangan dari penerbitan pembiayaan tematik seperti Green Sukuk ini. 

Salah satunya adalah minimnya kesadaran masyarakat akan produk keuangan baru dan inovatif seperti ini. 

"Untuk itu, penerbitkan green sukuk ini membutuhkan framework atau kerangka kerja yang jelas. Juga perlu koordinasi yang kuat antar kementerian dan lembaga, dan insentif yang kompetitif agar semakin banyak masyarakat yang tertarik," jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya kini terus mendorong adanya edukasi kepada masyarakat tentang instrumen pendanaan hijau ini. 

Direktur DJPPR Kemenkeu Dwi Irianti menilai Green Sukuk berkontribusi bagi perekonomian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News