Gudeg sebagai Bekal ke Tempat Terdingin di Muka Bumi
”Semoga kami bisa sampai di Pelabuhan Sydney 20 Maret nanti (hari ini, Red),” kata Nugroho menyapa Jawa Pos.
Melalui e-mail-nya, pria 34 tahun itu tampak bersemangat menceritakan pengalamannya selama di Antartika.
Kesempatan langka tersebut sejatinya sudah didapat pada 2011, tapi tertunda hingga hampir enam tahun lamanya.
Ketika itu Nugroho tengah menyelesaikan program doktoral atau S-3 di bidang earth and environmental sciences division di Universitas Kyushu, Jepang. Nugroho saat itu mendaftar untuk ikut ekspedisi JARE.
Setelah mengikuti seleksi tulis dan wawancara, Nugroho dinilai punya kemampuan layak untuk ikut dan terlibat dalam ekspedisi JARE ke Antartika.
Perasaan bangga sekaligus senang dirasakan Nugroho. Namun, kegembiraan itu tertunda.
Nugroho mendapat kabar bahwa ekspedisi JARE ke Antartika harus diundur gara-gara situasi di Jepang pada saat itu.
”Waktu itu bertepatan dengan musibah gempa bumi, disusul ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima,” cerita Nugroho.
Bersama tim geologi Jepang, Nugroho Imam Setiawan menjadi satu-satunya peneliti asal Indonesia yang diajak bergabung untuk melakukan penelitian di
- Amerika dan Jepang Perkuat Aliansi Militer, Kok China Sewot?
- Boyong Keluarga, Venna Melinda Ungkap Alasan Lebaran di Jepang
- Kemlu Proses Pemulangan Jenazah 6 WNI yang Tenggelam di Laut Jepang
- Libur Lebaran, Venna Melinda Ingin Kunjungi 4 Kota di Jepang Gegara Hal Ini
- Makan Sushi dan Kuliner Jepang Sepuasnya, Hanya di Sini!
- Innalillahi, 6 WNI Tewas dalam Kecelakaan Kapal Tanker di Jepang