Gurita Bisnis Raksasa Otomotif Kian Terpuruk

Gurita Bisnis Raksasa Otomotif Kian Terpuruk
Mobil MPV Chevrolet Spin berada di final line pasca perakitan di Pabrik General Motors Bekasi, Jawa Barat, yang akan resmi memulai produksi reguler pada April 2013 mendatang. Foto: M Fathra/JPNN Ilustrasi :

Lemahnya kekuatan GM dalam persaingan di sejumlah negara membuatnya semakin terpuruk, terutama persaingan dalam inovasi produk di segmen volume maker, dan keterlambatan menjamah kendaraan berteknologi hibrida dibanding Jepang, karena terlalu asik dengan SUV dan pikap-truk. Selain itu juga, krisis keuangan dunia menjadi dampak yang ikut melilitnya.

Keterpurukan Dimulai
Pasar Eropa pada 2013 menjadi tahun penyusutan paling drastis untuk penjualan mobil baru sejak 1990, yaitu turun hingga 10,2%. Sehingga tercatat tiga merek paling terimbas adalah GM, Fiat, dan Ford.

Di mana, GM akhirnya mengubah strategi untuk sejumlah model, terutama Chevrolet yang tidak lagi masuk pada produk-produk volume maker di Eropa Barat dan Timur. Jadi hanya bermain di sejumlah segmen tertentu lewat Opel, Vauxhall, dan Cadillac.

Selanjutnya, setelah upaya reposisi di pasar Eropa, GM kembali mengejutkan melalui kabar penutupan pabrik di Australia. Kurangnya permintaan, tekanan ekonomi di tanah Kangguru itu, dan langkah efisiensi dari pusat menjadi alasan mereka memutuskan hanya menjalankan operasional penjualan saja.

Hanya dalam kurun waktu dua tahun, pada 2015 posisi GM di pasar Asia Tenggara terus mengalamai gejala kronis. Indonesia yang tadinya diharapkan menjadi salah satu pasar yang bisa memberi harapan melalui produk di segmen volume maker, yaitu Chevrolet Spin, pun dihentikan beserta jalur produksinya. Karena ditengarai telah merugikan GM hingga Rp 2,7 triliun sejak beroperasi pada 2013.

Berselang hari, GM Thailand ikut mengumumkan langkah restrukturisasi dengan menyudahi produksi Chevy Sonic di Ranyong. Selain penurunan penjualan, efisiensi operasional di pasar Asia jadi alasan utama.

Menyeberang ke Singapura, GM International juga memutuskan langkah penghematan operasional kantornya di Singapura – yang merupakan kantor pengawas untuk pasar India, Asia Tenggara, dan Korea Selatan, dengan merumahkan sekitar 130 karyawannya. Dengan demikian, GM berharap bisa memanfaatkan biaya $ 139 juta per tahun.

Pasalnya, sebelumnya GM juga sudah mengumumkan penghentian penjualan Chevrolet dari pasar domestik India, Afrika Selatan dan Timur dalam tenggat waktu hingga akhir tahun 2017, dan hanya memproduksi untuk kebutuhan ekspor saja. Lemahnya penjualan di kedua pasar ini adalah faktor yang melatarbelakanginya.

Bisnis General Motors (GM) kian hari kian terseok, terbaru adalah unit usahanya di Korea Selatan yang terancam bangkrut bulan ini melengkapi deritanya saat ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News