Gus Setelah Gus

Oleh Dahlan Iskan

Gus Setelah Gus
Foto: disway.id

Maka orang seperti Drs Yusuf Hasyim didaulat menjadi orang tertinggi di Tebuireng. Padahal paman Gus Dur itu lebih banyak tinggal di Jakarta --menjadi politisi NU tingkat nasional.

Mulailah Tebuireng dipimpin oleh yang bukan murni kiai --dalam pengertian hebat ilmu agamanya.

Yusuf Hasyim meninggal. Kiai-kiai sepuh yang masih berbau Bani Hasyim juga sudah tidak ada.

Maka Gus Sholah-lah tokoh yang berbobot nasional. Yang dianggap paling layak memimpin Tebuireng, meski juga bukan sosok kiai ulama.

Nama Tebuireng sudah begitu menasional. Rasanya aneh kalau pimpinannya bukan tokoh nasional.

Ketokohan Gus Sholah dimulai sejak menjadi anggota MPR. Lalu menjadi Wakil Ketua Komnas Hak Asasi Manusia. Terakhir menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan capres Jenderal Wiranto.

Dengan meninggalnya Gus Sholah kemarin maka habislah generasi cucu Hasyim Asy'ari --Al Hadratus Syaikh. Gus Sholah meninggal setelah operasi jantung di usia 70 tahun. Jenazahnya dimakamkan di dekat makam Gus Dur, kakaknya.

Maka siapa yang akan tampil berikutnya? Bukankah tidak ada lagi tokoh keluarga Bani Hasyim yang namanya sudah menasional? Bagaimana dengan menteri agama periode lalu, yang masih berbau Bani Hasyim?

Gus Sholah mengadakan semacam polling. Teman-temannya itu diminta menuliskan nama calon penggantinya kelak. Di pesantren tidak ada kebiasaan seperti itu. Gus Sholah saja yang mau melanggar adat pesantren.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News