Hai...Mau Ngapain setelah Lulus SMA?

Hai...Mau Ngapain setelah Lulus SMA?
Sejumlah siswa SMA di Bandarlampung tetap merayakan kelulusan dengan konvoi di jalan raya, Jumat (15/5). Foto: Jawa Pos Group

Saat ditemui di kantornya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengakui, tak semua lulusan SMA sederajat bisa meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. ”Hanya 60 persen yang bisa melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi,” ujar Anies.

Biaya menjadi alasan utama mereka yang tak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. ”Tuntutan orang tua yang meminta anaknya bisa segera membantu perekonomian keluarga juga menjadi faktor pendukung,” kata mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta tersebut.

Mereka yang tak kuliah memiliki pilihan utama bekerja. Namun, hal itu pun tak mudah. Lulusan SMA selama ini dianggap tidak memiliki keterampilan lebih dibanding lulusan SMK. Data di Kemendikbud menunjukkan, serapan kerja lulusan SMK sebesar 85 persen (dari total 1.170.748 jumlah lulusan SMK pada 2014).

Sementara untuk lulusan SMA, angkanya jauh di bawah itu. ”Makanya, kita rekomendasikan bagi yang tidak ingin meneruskan bisa memilih SMK. Jangan terpicu anggapan SMA lebih keren,” tuturnya.

Melihat fenomena tersebut, Anies berencana mempersiapkan program agar lulusan SMA bisa bersaing dalam dunia kerja, sama seperti jebolan SMK. Bentuknya adalah pemberian program tambahan keterampilan kepada siswa SMA setelah mereka merampungkan ujian nasional (unas).

Para siswa SMA yang tidak berencana meneruskan studi ke jenjang kuliah akan ditawari program keterampilan yang tersedia. Selanjutnya, mereka dididik selama beberapa bulan hingga masa sekolah rampung. Anies merancang program unas tahun depan bisa diselenggarakan lebih awal, tidak di pengujung tahun pelajaran. ”Nah, setelah mengikuti unas, siswa harus mendapat pembekalan tambahan itu. Kalau tahun ini kan hanya difokuskan untuk unas. Tahun depan kita akan lebih perhatian mau ke mana setelahnya,” papar Anies.

Program Mendikbud tersebut sejalan dengan analisis ekonom senior Bank Dunia Vivi Alatas. Menurut Vivi, lahan pekerjaan bagi lulusan SMA sederajat semakin sempit dengan adanya fenomena tenaga kerja terdidik justru mengambil lahan pekerjaan kelompok tidak terampil.

Indikasi itu muncul dari data BPS yang mencatat lulusan pendidikan tinggi baru 5 persen dari total angkatan kerja. ”Alhasil, mayoritas pasar buruh diisi alumnus pendidikan dasar dan menengah,” ungkapnya.

LOVY Perdani masih bimbang meskipun dua hari lalu dirinya dinyatakan lulus dari SMAN 1 Mojosari Mojokerto. Dia gundah karena tak lulus seleksi nasional

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News