Hana Tetap Sekolah, Pilih Tidak Menikah

Hana Tetap Sekolah, Pilih Tidak Menikah
Hana (tengah) bersama Akiko (kiri) dan Kanae. Ketiganya mewarisi tradisi Negeri Sakura. Foto: HENNY GALLA/JAWA POS
Kali pertama ia manggung saat masih berusia 16 tahun. "Suatu pengalaman yang prestisius," ungkap Hana sembari tersenyum simpul.

Ia memang hampir selalu menjadi pusat perhatian para tamu asing di tempat yang dulu terkenal dengan nama "Palace of The Dragon God" itu. Di era Kaisar Showa, Meguro Gajoen merupakan kompleks upacara penikahan yang pertama kali dibangun di Jepang.     

Kanan kiri dinding Meguro Gajoen masih mempertahankan puluhan ukiran yang mengisahkan kehidupan geisha, sang seniman penghibur. Geisha yang terdiri atas dua huruf kanji gei (seni) dan sha (orang) itu memulai kisahnya sejak abad ke-18. Namun, tak semua menyebut perempuan penghibur Jepang itu dengan geisha. Ada juga yang menyebut dengan geiko atau geigi. Mereka lihai memainkan musik klasik maupun menari.

Hana butuh waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang geisha seutuhnya. Ia belajar dengan sungguh-sungguh mengenai bentuk seni, yang tak hanya untuk menghibur, namun merasuk dalam kehidupan pribadi sehari-hari.

SEJAK pendudukan AS terhadap Jepang, Geisha menjadi berkonotasi negatif. Meski begitu, di tengah modernitas yang mengepung, Geisha muncul sebagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News