Hana Tetap Sekolah, Pilih Tidak Menikah
Selasa, 12 Februari 2013 – 08:17 WIB
Kali pertama ia manggung saat masih berusia 16 tahun. "Suatu pengalaman yang prestisius," ungkap Hana sembari tersenyum simpul.
Baca Juga:
Ia memang hampir selalu menjadi pusat perhatian para tamu asing di tempat yang dulu terkenal dengan nama "Palace of The Dragon God" itu. Di era Kaisar Showa, Meguro Gajoen merupakan kompleks upacara penikahan yang pertama kali dibangun di Jepang.
Kanan kiri dinding Meguro Gajoen masih mempertahankan puluhan ukiran yang mengisahkan kehidupan geisha, sang seniman penghibur. Geisha yang terdiri atas dua huruf kanji gei (seni) dan sha (orang) itu memulai kisahnya sejak abad ke-18. Namun, tak semua menyebut perempuan penghibur Jepang itu dengan geisha. Ada juga yang menyebut dengan geiko atau geigi. Mereka lihai memainkan musik klasik maupun menari.
Hana butuh waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang geisha seutuhnya. Ia belajar dengan sungguh-sungguh mengenai bentuk seni, yang tak hanya untuk menghibur, namun merasuk dalam kehidupan pribadi sehari-hari.
SEJAK pendudukan AS terhadap Jepang, Geisha menjadi berkonotasi negatif. Meski begitu, di tengah modernitas yang mengepung, Geisha muncul sebagai
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor