Harapan Kanjuruhan

Oleh: Dahlan Iskan

Harapan Kanjuruhan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Akhirnya jadwal Persebaya berubah: pukul 15.30 semua. Jadwal tim lainnya tetap malam: pukul 20.00. Berubah sedikit. Maju setengah jam.

Rating sepak bola sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Masih jauh lebih baik daripada warta berita.

Maka stasiun TV berebut juga untuk mendapatkan hak siar. Sampai ditenderkan: siapa yang mau bayar paling tinggi ialah yang punya hak siar.

Uang itu masuk ke Liga Indonesia Baru (LIB). Sebagian dibagi ke klub-klub Liga 1. Disebut sebagai subsidi untuk klub.

Kata subsidi itu diprotes. Itu memang hak klub sebagai pemegang saham PT LIB.

Hampir pasti, ke depan, tidak akan ada pertandingan malam. Jera dengan apa yang terjadi di Kanjuruhan. Itu seperti kembali ke zaman dulu, ketika banyak stadion belum punya lampu sorot.

Main malam sebenarnya ada asyiknya. Tidak panas. Pemandangan lebih fokus ke lapangan –karena di luar itu  gelap.

Pun waktu penonton menyanyikan ''lagu kebangsaan'' masing-masing, suasananya bisa lebih magis: semua penonton menyalakan flash light dan mengayunkannya ke kanan-kiri.

Ratusan, ribuan, Bonek berkumpul di Tugu Pahlawan Surabaya. Secara spontan. Malam hari kemarin. Mereka menyalakan lilin. Doa untuk Aremania-Aremania.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News