Harga Bahan Pokok Naik, INDEF Ingatkan Ancaman Inflasi Tinggi

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Center of Digital Economy and SME’s INDEF Eisha M Rachbini menilai kenaikan harga bahan pokok dapat memperbesar risiko tekanan inflasi.
Menurut Eisha, kenaikan harga bahan pokok tersebut disebabkan oleh dua hal.
Pertama, bermula dari pandemi Covid-19 yang memberikan dampak negatif terhadap perekonomian, semua aktivitas ekonomi dan sosial terhenti.
"Kecepatan demand tidak dapat diimbangi oleh faktor produksi di industri karena masih terhambat akibat terhentinya produksi akibat pandemi," ujar Eisha, Jumat (15/4).
Kemudian yang kedua, terjadi disrupsi supply chain, di mana selama pandemi terjadi layoff shipping firm yang mengganggu distribusi barang di seluruh dunia.
Akibatnya, suplai terhambat dan tidak memenuhi permintaan pasar barang dan jasa yang mulai berangsur pulih.
Ditambah lagi saat ini terjadi perang Rusia dan Ukraina yang mendorong kenaikan harga minyak dunia di atas USD 100 per barel.
Begitu juga harga komoditas yang lain seperti CPO, batubara, nikel, dan kakao.
Kepala Center of Digital Economy and SME’s INDEF Eisha M Rachbini menilai kenaikan harga bahan pokok dapat memperbesar risiko tekanan inflasi.
- Resah Lihat Kondisi Ekonomi, Mahasiswa UKI Bagikan Beras untuk Membantu Warga
- Bitcoin Menawarkan Solusi Perlindungan Nilai Aset dari Inflasi
- Lebaran 2025 Menceritakan Keresahan, Ekonom Nilai Perlu Evaluasi Ekonomi
- Data BPS: Inflasi Tahunan Maret 2025 Lebih Rendah dari Tahun Lalu
- Makin Anjlok, Kurs Rupiah Tembus Rp 16.588 Per USD
- Harga Bahan Pokok Turun, Satgas Pangan Peringatkan Pedagang Pasar Gedebage