Harga Gabah Anjlok Jelang Panen Raya, Petani Menjerit

Harga Gabah Anjlok Jelang Panen Raya, Petani Menjerit
Panen padi di Jawa Tengah. Foto: Istimewa

Purwoto menambahkan, seluruh lahan sawah anggotanya mencapai 328 hektare siap panen, dengan rata-rata produksi 8,5 ton per hektare. Hasil produksi dijual ke luar kota, karena surplus sangat besar.

Terkait rencana impor beras, para petani di Pangkur menurut Purwoto menyalahkan pemerintah, karena menyebabkan para tengkulak dan pengepul tidak mau membeli gabah petani dengan harga bagus seperti panen sebelumnya.

“Rencana impor akan membuat petani semakin terpuruk. Kan aneh, waktu panen banyak kok malah impor? Kami jelas tidak terima," kata Purwoto.

"Kami punya gabah melimpah. Jangan petani terus jadi korban,” tambah Purwoto sambil meminta pemerintah mengkaji ulang rencana impor beras.

Sementara itu, Kepala Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Ngawi, Sunito menyatakan, produksi beras para petani Ngawi dari luas lahan sawah mencapai 45 ribu hektare berjumlah 750 ribu sampai 800 ribu ton per tahun. Dari jumlah itu, penduduk Ngawi hanya menggunakan sekitar 20 persennya saja. Dengan kata lain, sebanyak 80 persen hasil produksi beras Ngawi dipasarkan ke daerah lain.

“Makanya, kami minta jangan impor saat ini. Panen raya sudah mulai, mau beli beras masih ada banyak kok, enggak bakal kesulitan. Ini Ngawi dan sekitarnya saja sudah cukup, selalu over produk,” ujar Sunito.

Ketua KTNA Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Juharto menyatakan, petani mulai resah dengan rencana pemerintah mengimpor beras. Petani juga menyebutkan, rencana impor tersebut merupakan biang keladi atas kondisi harga gabah yang turun saat ini.

“Dua pekan lalu kita jual gabah panen yang manual Rp 5.800 per kilogram, sekarang tinggal Rp 4.800 per kilogram. Petani se-Kabupaten Pati minta supaya impor dibatalkan. Pati ada surplus ratusan ribu ton beras. Kalau impor diteruskan, kita dianggap bangsa yang bodoh karena nggak bisa bertani,” ujar Juharto.(jpnn)


Memasuki panen raya tahun ini, harga gabah di beberapa sentra produksi beras nasional mulai anjlok.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News