Harga Gandum Makin Sadis, Warga Jepang Diminta Ubah Pola Konsumsi

Harga Gandum Makin Sadis, Warga Jepang Diminta Ubah Pola Konsumsi
Harga gandum yang terus melonjak membuat warga Jepang harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan beberapa hidangan favorit mereka, seperti ramen, bakal berubah rasanya. Foto: Behrouz MEHRI / AFP

jpnn.com, TOKYO - Produsen makanan Jepang sedang berupaya untuk mempromosikan konsumsi domestik produk berbasis tepung beras akibat kenaikan harga gandum.

Kenaikan harga itu dipicu peningkatan biaya impor gandum secara substansial yang disebabkan oleh lemahnya nilai yen dan invasi Rusia ke Ukraina.

Konsumsi beras sebagai makanan pokok telah menurun di Jepang karena lebih banyak orang beralih ke roti dan mie.

Kebutuhan beras nasional Jepang untuk tahun ini mulai Juli diperkirakan mencapai 6,9 juta ton, atau turun di bawah angka 7 juta ton untuk pertama kalinya.

Dengan latar belakang perubahan pola makan tersebut, pemerintah Jepang telah memfasilitasi transisi petani untuk memproduksi beras untuk pakan ternak atau untuk membuat tepung beras dengan memberikan subsidi guna mengurangi kelebihan pasokan beras.

Namun, dengan harga gandum yang sekarang lebih tinggi, 45 dari 47 prefektur Jepang kemungkinan akan meningkatkan produksi beras untuk pangan dari tahun lalu.

Sebanyak 27 prefektur diharapkan dapat mendongkrak produksi berasnya yang akan digunakan untuk pembuatan tepung beras.

Jepang mengimpor lebih dari 80 persen gandumnya, tetapi harga gandum di pasar global telah melonjak sejak meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina yang merupakan eksportir utama gandum dunia. Perang di antara kedua negara itu telah mengganggu pasokan gandum.

Industri makan Jepang mulai keteteran mengimbangi lonjakan harga gandum yang terus menggila. Warga pun diharapkan bisa menerima bahan pengganti

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News