Harga Merpati MA-60 Diduga Mark Up

Harga Merpati MA-60 Diduga Mark Up
Wakil Presiden periode 2004-2009 Jusuf Kalla. Foto: Mohamad Qori/RM
Setelah melakukan pengamatan, Kalla berpendapat bahwa MA-60 tidak memiliki kelayakan terbang. Seperti yang diberitakan, MA-60 tidak memiliki sertifikat penerbangan dari Federal Aviation Administration (FAA). "Saya harus bekerja berdasarkan keyakinan saya, bahwa (MA-60) itu jangan dibeli, tapi sewa," ucapnya.

Namun, ternyata kesepakatan dilakukan Merpati, hingga terjadi proses pengadaan. Setelah proses terus berjalan, pihak Merpati akhirnya sepakat untuk membeli pesawat tersebut. "Setelah itu, saya tidak tahu lagi," ujar Kalla di Jakarta, Rabu (11/5).

Sempat muncul spekulasi bahwa pembelian pesawat ini merupakan bagian dari proyek listrik 10.000 Mega Watt. Kalla menegaskan, tidak ada hubungan antara proyek listrik dengan pembelian MA-60. "Apa urusannya dikaitkan? Emangnya kalau kita batal, dia mau batalin pembelian proyek listrik? Jangan lupa, pembeli itu raja," ujarnya.

Upaya mengkait-kaitkan dua masalah itu, menurut Kalla, hanyalah spekulasi dari broker. Menurut Kalla, pemerintah Tiongkok selalu kooperatif dan terbuka dalam setiap kerjasama. "Saya ketemu pemerintah di sana, tidak ada satupun itu (yang mengaitkan, Red). Saya tanya PLN, juga bilang tak ada soal ini," tandasnya. (bay/nw)

JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, anggaran yang dihabiskan untuk pengadaan 15 pesawat MA-60, patut dipertanyakan. Berdasarkan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News