Harga Produk Sayur dan Buah Australia Diprediksi Bakal Naik
Petani semangka yang ingin meninggalkan pekerjaannya
Petani semangka di Australia, Tony Vrankovich yang sudah 30 tahun melakukan usahanya di kawasan pertanian Carnarvon, Australia Barat, pada musim panen kali ini sangat terpukul.
Sebagian hasil kebunnya tak bisa dipanen sehingga terpaksa dihancurkan.
Photo: Tony Vrankovich, petani semangka di Carnarvon Australia Barat kecewa karena hasil tanamannya tidak bisa dipanen. (ABC Rural: James Liveris)
Tony kini berpikir untuk coba mencari pekerjaan lain, setelah ia merasa sangat kecewa akibat tidak adanya orang yang bisa dipekerjakan untuk memamen buah semangkanya pada musim panen kali ini.
"Situasinya sangat sulit. Kami semua sudah berusaha keras mencari tenaga kerja dan banyak petani yang sangat rugi," katanya.
Di kebun miliknya ada 1 hektar lahan tanaman semangka yang siap panen dengan jumlahnya mencapai sekitar 100 ton buah semangka.
Lebih dari 40 persen buah tersebut terbuang percuma dan terpaksa dihancurkan dengan cara dibajak bersama tanah dengan kerugian mencapai miliaran rupiah.
"Kebun ini kami rawat dan jaga selama tiga bulan, sudah banyak uang yang ditanam di sini, dan akhirnya tak bisa dipanen. Hancur di depan mata sendiri," ujarnya.
Merosotnya jumlah tenaga kerja musiman yang selama ini bekerja memetik buah dan sayuran di Australia, telah menimbulkan kerugian telah melebihi Rp500 miliar
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka