Harga Ratusan Juta Rupiah, Anggap seperti Anak Sendiri

Harga Ratusan Juta Rupiah, Anggap seperti Anak Sendiri
Harun dan istri sedang melihat koi-koi peliharaan mereka. Hobi lain adalah naik Harley-Davidson hitam setiap pagi. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

Hampir setiap hari, saat pagi, Harun memberi makan koi. Dua genggam tangan makanan koi cukup dalam sekali makan. Setelah itu, biasanya dia bersiap ke kantor. ”Tapi, karena sudah pensiun, waktu bersama koi saat pagi jadi semakin banyak,” katanya.

Makanan koi itu diimpor Harun dari Jepang. Harun menjelaskan, makanan koi dibedakan sesuai usia. Misalnya, untuk ikan berusia 1–3 tahun, makanan berfungsi sebagai pembentukan tubuh. Lalu, bagi koi usia 3–6 tahun, terdapat makanan untuk pembentukan corak warna.

Ada juga jenis makanan yang mengumpulkan semua fungsi itu. Rata-rata ikan yang dimiliki Harun saat ini berusia 5–12 tahun. Dia tidak memisahkan ikannya itu berdasar usia. ”Makanya, saya sering beri makan yang general. Tapi, kadang juga saya kombinasikan makanan khusus berdasar usia itu,” ujarnya.

Semua ikan Harun dibeli dari Jepang. Ikan koi tersebut dipelihara sejak kecil hingga saat ini. Dulu harga belinya sekitar Rp 10 juta per ekor. Dengan kondisi ikan yang sekarang, harganya bisa puluhan atau ratusan juta rupiah per ekor. ”Maunya bisa sampai usia puluhan tahun,” harapnya.

Selain makanan, komposisi air kolam menjadi hal penting dalam memelihara koi. Harun memberikan filter khusus. Dia juga menambahkan batu-batuan kali. Batu-batuan itu bisa menyerap kotoran sebelum air mengalir ke dalam kolam. Air yang digunakan diambil langsung dari mata air pegunungan. ”Perbandingan filter dengan volume air adalah 1:3,” jelasnya.

Dia memperlakukan ikan koi dengan penuh kasih sayang. Setiap detail kebutuhan koi, dia penuhi. Tak heran, saat melihat ikan koinya mati, Harun bisa patah hati dan menangis.

”Dulu banyak ikan yang mati saat belum menemukan komposisi kolam yang pas. Ada juga yang mati karena jamur. Ya jelas sedih,” katanya.

Harun mengurus sendiri ikan koi. Dia tidak punya petugas khusus. Bila sedang ke luar kota, tugas merawat koi dialihkan ke istrinya. Menurut Harun, Erna juga suka koi.

HARUN sudah sejak dua pekan lalu pensiun dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Jawa Timur. Tidak lagi ngantor,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News