Harmoko

Harmoko
Harmoko (2007). Foto: ANTARA/FOURI GESANG SHOLEH

Konsep yang digagas oleh Jenderal A.H Nasution ini dimanipulasi Pak Harto dengan menjadikan ABRI sebagai kekuatan politik yang mendominasi posisi-posisi strategis di pemerintahan.

Di bidang ekonomi, Prof. Widjojo Nitisastro menjadi empu yang mendesain ekonomi nasional yang didasarkan pada periodesasi lima tahunan yang dikenal sebagai Repelita, rencana pembangunan lima tahun.

Widjojo membawa serta anak buahnya alumni Berkeley University, Amerika Serikat, untuk mengisi pos-pos penting ekonomi.

Di bawah pimpinan Widjojo Nitisastro, mereka diberi kepercayaan Soeharto untuk menjalankan pembangunan ekonomi Indonesia.

Karena sebagian besar mereka merupakan lulusan doktor dan master dari University of California at Berkeley pada 1960-an, maka mereka dijuluki "Berkeley Mafia."

Dengan ilmu makroekonomi yang mereka dapatkan dari Berkeley, mereka menetapkan berbagai kebijaksanaan ekonomi dan deregulasi ekonomi Indonesia yang macet pada masa pemerintahan Soekarno.

Mereka kemudian dikenal sebagai arsitek di balik kebijakan-kebijakan ekonomi yang menjadi legitimasi utama Orde Baru.

Nama-nama seperti Emil Salim, Ali Wardhana, J.B Sumarlin, Subroto, Saleh Affif, adalah nama-nama ekonomi liberal yang selama tiga dasawarsa mengendalikan ekonomi, dan sukses membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pada kisaran tujuh persen per tahun.

Rambut klimis, baju safari, dan kalimat atas petunjuk Bapak Presiden menjadi trade mark khas Harmoko.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News