Harry A Poeze, 4 Dasawarsa Memecahkan Misteri Tan Malaka
Belum Berniat Berhenti Meneliti, Selalu Bertemu Misteri Baru
Rabu, 08 Desember 2010 – 04:04 WIB

Harry A Poeze dengan bukunya tentang Tan Malaka. Foto : M Ramli/Jawa Pos
Tak banyak peneliti yang menggeluti tokoh di negeri ini untuk dijadikan obyek penelitian. Namun sejarawan Belanda, Harry A Poeze, menjadi segelintir ilmuwan yang terus berkutat meneliti tentang Tan Malaka. Hampir empat dasa warsa Harry berupaya memecahkan berbagai misteri tentang Tan Malaka.
======================
Ayatollah Antoni, Jakarta
======================
======================
Ayatollah Antoni, Jakarta
======================
MILK coklat mengawali perbincangan Harry A Poeze dengan JPNN, beberapa waktu lalu. Ditemui di kantor Yayasan obor, Jalan Plaju, Jakarta Pusat, pria yang akrab disapa dengan nama Harry itu masih disibukkan dengan agenda diskusi di beberapa kota tentang tiga jilid buku berjudul Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia.
Namun pemilik nama lengkap Harry Albert Poeze yang dikenal rendah hati itu masih sempat meluangkan dua jam waktunya untuk meladeni pertanyaan-pertanyaan tentang ketekunannya meneliti Tan Malaka. Secara telaten, Harry pun menuturkan awal perkenalannya dengan Tan Malaka.
Berawal dari kuliah di Universitas Amsterdam tahun 1970, Harry mendapat kurikulum sejarah Indonesia. Ketertarikan dalam hal sejarah perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda, mengantar Harry pada buku tentang Kemunculan Partai Komunis di Indonesia karya Ruth T McVey. "Ada tokoh-tokoh disebut dalam buku itu, termasuk Tan Malaka. Tapi soal Tan Malaka itu paling misterius," ucap Harry.
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu