Hasil Kajian IWI: 2030 Jakarta akan Mengalami Defisit Air Bersih

Hasil Kajian IWI: 2030 Jakarta akan Mengalami Defisit Air Bersih
Chairman & Founder IWI, Firdaus Ali dalam webinar nasional memeringati Hari Air Dunia. Foto tangkapan zoom

Untuk mengatasi krisis air tersebut, Firdaus memberikan solusi di antaranya dengan pengendalian eksploitasi air tanah, pengamanan dan penambahan suplai air baku, pengembangan infrastruktur sistem penyediaan air bersih.

Langkah penting yang harus segera dilakukan adalah dengan membangun kesadaran masyarakat. 

"Generasi muda merupakan kunci melakukan perubahan mulai dari hal-hal kecil dan sederhana untuk ikut berkontribusi menghadapi krisis air," ujarnya.

Sesuai data statistik BPS 2021, populasi Indonesia saat ini 270,2 juta jiwa, di mana komposisi tersebut dibagi 25,87 persen adalah berasal dari usia milenial (24-39 tahun) dan 27,94 persen adalah dari generasi Z (8-23 tahun). 

"Generasi inilah yang nantinya akan menghadapi tantangan peradaban, terutama terkait dengan ketersedian air, dan masalah-masalah lingkungan lainnya yang akan terus bermunculan," tuturnya.

Pada kesempatan sama, Direktur Bina Teknik SDA Kementerian PUPR Eko Winar Irianto menyampaikan, selama pandemi Covid-19, terjadi tren kenaikan kebutuhan air bersih yang berdampak pada kondisi neraca air nasional. Dengan demikian dibutuhkan upaya mengatasi krisis air yang terjadi sekalipun di masa pandemi.

Kebijakan work from home dan anjuran untuk perilaku hidup bersih sehat (PHBS), menurut Eko Winar Irianto, berdampak pada menurunnya konsumsi air non domestik hingga 5,57 persen dari sebelum pandemi.

Sedangkan konsumsi air domestik bertambah 3 kali lipat dari pemakaian normal. Itu sebabnya pemerintah menerapkan rencana strategis sebagai upaya mengatasi krisis air.

Hasil kajian IWI menyatakan lebih dari 50 persen wilayah Jakarta mengalami kesulitan air dan pada 2030 defisit air bersih.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News