Hasil Panen Buah Naga Melimpah, Harga Hancur Lebur

Hasil Panen Buah Naga Melimpah, Harga Hancur Lebur
Pedagang menunjukkan buah naga di Pasar Blambangan Banyuwangi. Foto: RENDRA KURNIA/RADAR BANYUWANGI/JPNN.com

Untuk saat ini, jelas Arief, lahan pertanian di Banyuwangi seluas 65.457 hektare. Sedangkan, lahan yang ditanami buah naga dan jeruk seluas 16.000 hektare. Lahan petani yang akan ditanami buah naga terindikasi akan semakin meluas.

Untuk produksi buah naga, dalam lima tahun terakhir rata-rata sebanyak 795.102,83 ton per tahun. Sedangkan, panen padi lima tahun terakhir rata-rata mencapai 121.279,33 hektare per tahun.

Dengan makin banyaknya alih fungsi lahan ini, Dinas Pertanian Banyuwangi menilai akan mengancam produktivitas padi yang semakin menurun.

Hal tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi harga buah naga. Akan tetapi juga semakin mempersempit lahan serta hasil pertanian padi di Banyuwangi.

Dinas Pertanian, kata Arief, sebenarnya sudah memprediksi hal tersebut. Selain terus melakukan sosialisasi kepada para petani, mereka juga sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banyuwangi.

Koordinasi ini dalam rangka membantu petani agar harga produksi hasil pertanian mereka bisa lebih stabil.

Arief mengakui, sangat sulit mengubah pola pikir petani. Karena petani saat ini lebih memikirkan keuntungan sesaat yang didapatkan dari hasil menjual buah naga. ”Mengubah mindset petani itu merupakan tugas berat yang dihadapi oleh pemerintah,” ujarnya.

Banyak petani yang semula menanam padi namun memutuskan untuk mengalihfungsikan lahannya.

Panen berlangsung serentak, harga buah naga jeblok. Musim hujan ini juga membuat kualitas buah naga di bawah standar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News