Hati Pedih...Tunggu Belasan Tahun, Nongol Malah Ditimpuki

Untung, begitu kabar vandalisme itu tersebar ke media sosial, salah seorang pelaku datang untuk meminta maaf. Dia seorang bocah berusia 13 tahun, datang dengan diantarkan sang ibu.
Dia ternyata pelempar batu kedua. Pihak Kebun Raya Cibodas juga tidak bisa memastikan apakah pelaku dua pelemparan lainnya satu orang atau lebih. Sebab, tak ada kamera pengawas.
”Saya mau marah juga sudah tak tega. Anaknya terlihat tertekan juga saat diantar oleh ibunya,” ungkap alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.
Menurut Destri, aksi pertama sejatinya paling berpengaruh pada masa pertumbuhan spadix tanaman keenam. Sebab, tanaman sedang berada di masa akhir pertumbuhan sehingga tak mampu lagi melakukan recovery saat terjadi kerusakan.
”Tapi, bukan berarti aksi kedua dan ketiga dapat dibenarkan,” katanya.
Untung, anakan keenam yang menjadi korban vandalisme itu tetap tumbuh. Bunganya juga tetap mekar pada 26 Januari lalu, mundur dua hari dari prediksi. Setidaknya hati Destri yang hancur bisa sedikit terobati. (*/c11/ttg)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu