Hermawi Taslim: Kerukunan Beragama di Indonesia Menunjukkan Kemajuan

Hermawi Taslim: Kerukunan Beragama di Indonesia Menunjukkan Kemajuan
Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Ignatius Suharyo dan Ketua Komisi Keluarga Mgr Frans Kopong (duduk di tengah berjaket putih dan hitam) berfoto bersama dengan anggota Ikatan Rohaniwan Rohaniwati Katolik Indonesia Di Kota Abadi (IRRIKA) di Collegio St. Petro, Roma, Minggu (25/10) setelah penjelasan hasil Sinode Para Uskup seluruh dunia di Vatican. FOTO: Hermawi Taslim dari Roma, Italia for JPNN.com

jpnn.com - ROMA – Meskipun masih terdapat beberapa kasus terkait kebebasan beragama, namun pada dasarnya terdapat kemajuan yang sangat signifikan dalam kerukunan umat beragama di Indonesia. Oleh karena itu, para pemuka agama perlu terus berpikiran positif dalam membangun kebersamaan bagi terwujudnya perdamaian berdasarkan Pancasila.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (FORKOMA PMKRI) Hermawi Franziskus Taslim di depan ratusan anggota Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Katolik Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA), yang sedang melakukan studi di Italia, Minggu (25/10).

Bersama Taslim juga turut berbicara di Collegio St. Petro, Roma itu, Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Bangsa), AM Putut Prabantoro.

Hermawi Taslim dan Putut menjadi pembicara atas permintaan Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Ignatius Suharyo, yang baru saja mengikuti Sinode Para Uskup Sedunia di Vatikan bersama Ketua Komisi Keluarga KWI, Mgr. Frans Kopong.

Hermawi Taslim dan AM Putut Prabantoro berada di Roma dalam rangka memenuhi undangan Vatikan untuk hadir dalam Konferensi Internasional Peringatan 50 tahun dokumen NOSTRA AETATE (Pada Jaman Kita) pada 28 OKtober 1965.

Nostra Aetate adalah, satu dari 16 dokumen independen dan normatif dari Konsili Vatikan II yang ditandatangani oleh Paus Paulus VI, pada saat-saat menjelang penutupan Konsili.

Dokumen tersebut berisi manifestasi sikap keterbukaan Gereja Katolik dalam membangun  dan sekaligus memperkokoh hubungan umat Katolik dan pemeluk-pemeluk agama Non-Kristen. Perayaan pesta emas itu sendiri dibentuk dalam kemasan momentum kenangan, syukur dan pembaruan komitmen.  

Acara yang berlangsung dari tanggal 26-28 Oktober 2015 ini dihadiri para tokoh dan pemimpin agama dari berbagai belahan bumi, juga para peserta dari berbagai kalangan. Tiga tema besar yang menjadi bahasan dalam perayaan tersebut yakni Dialog Agama sebagai Pelayanan Terhadap Manusia, Kekerasan dan Peran Agama Untuk Perdamaian, dan Tantangan Terhadap Kebebasan Beragama. Pada akhir selebrasi  50 tahun Nostra Aetate, para peserta akan bertatap muka dengan Paus Fransiskus dalam acara audiensi umum.

ROMA – Meskipun masih terdapat beberapa kasus terkait kebebasan beragama, namun pada dasarnya terdapat kemajuan yang sangat signifikan dalam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News