Hidup di KRI Banjarmasin dalam Pelayaran Menuju Milan

Hindari ke Kamar Mandi saat Ombak Tinggi

Hidup di KRI Banjarmasin dalam Pelayaran Menuju Milan
TETAP FIT: Selain menjaga kebugaran, olahraga bisa menjadi sarana efektif untuk mengusir kebosanan di kapal. Foto: Ilham Wancoko/Jawa Pos

Seorang anggota pasukan khusus yang menjadi teman sekamar itu langsung berceletuk. ”Di sini air terbatas. Tidak sepanjang hari mengalir. Kalau bisa cepat-cepat mandi,” ujarnya sembari membawa handuk dan sebuah ember.

Hampir semua orang membawa ember untuk mandi. Begitu Jawa Pos sudah masuk kamar mandi, ternyata di kamar mandi itu air belum mengalir. Terdengar suara beberapa orang yang mengeluhkan hal yang sama. ”Air mengalir mana, haduh,” ujar orang yang ada di kamar mandi sebelah.

Di kamar mandi itu ada sebuah shower dan beberapa tempat buang air. Tapi, terdapat banyak botol bekas air mineral di kamar mandi. Mungkin saja botol-botol itu hanya sampah!

Ternyata salah. Begitu air mulai mengucur pelan, muncul seorang lelaki berperawakan tegap bernama Kapten Laut (Kes) dr Abraham. Dia mengatakan, untuk mandi, air perlu ditampung dulu di botol atau ember. ”Yang menggunakan toilet ini banyak. Jadi, tampung dulu biar semua kebagian air,” tuturnya.

Akhirnya, mau tak mau hampir semua botol air mineral bekas itu diisi dulu dengan air. Jumlah botolnya sekitar sepuluh. Sayang, air yang mengalir seperti rintik hujan. Begitu pelan. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mengisi semua botol tersebut.

Begitu botol selesai diisi, mandi bisa langsung dimulai. Namun, baru sebagian tubuh yang disabun, air yang keluar dari shower sudah mampet. Keran diputar ke sana kemari, tetap saja air tak jua mengalir. Pastilah air sudah dimatikan. Habis sudah, sabun baru setengah jalan. Akhirnya air yang ditampung di botol itu harus digunakan untuk membilas. Untuk gosok gigi, Jawa Pos sepertinya juga harus ngirit. Sekali kumur selesai.

Kejadian mandi dengan air terbatas menjadi lebih miris saat kapal sudah berlayar. Terkadang air hanya keluar saat kapal oleng ke lambung kanan. Mungkin tekanan air tidak kuat mengalir bila kapal sedang oleng ke lambung kiri. Jika seperti itu, lebih baik tidak pakai sabun dan sikat gigi sebanyak biasanya. Semua harus superirit.

Ternyata itulah alasan semua ABK membawa ember untuk bisa menampung air. Air di ember itu bisa digunakan untuk aktivitas harian seperti buang air. Kalau untuk mandi, mungkin sedikit memaksakan. Air seember tersebut tak akan cukup untuk mandi.

Puluhan hari hidup di kapal perang seperti KRI Banjarmasin menimbulkan banyak kenangan. Ada banyak keterbatasan, namun banyak juga pengalaman menyenangkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News