Hoaks Picu Depresi pada Anak dan Remaja

Anak-anak dan remaja Anda harus diajarkan bagaimana menanggapi hoaks dengan baik. Yaitu, dengan membaca sebuah informasi terlebih dahulu dengan cermat tanpa langsung menyebarkannya. Perhatikan juga situs yang menyebarkan berita tersebut, apakah tepercaya atau tidak.
Pikirkan juga apakah berita tersebut berguna bagi masyarakat atau tidak, atau hanya mengujarkan kebencian antar-kelompok atau membuat minder orang lain. Anak dan remaja juga harus diajarkan memilah berita yang positif dan negatif.
Selain itu, anak-anak Anda juga harus dibatasi dalam menggunakan media sosial, dan lebih banyak aktif di dunia nyata. Itu karena manfaat yang akan diperoleh cukup banyak. Misalnya, anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik bersama teman sebaya, saudara, juga dengan Anda sebagai orang tua. Selain itu, membatasi anak dan remaja bermedia sosial juga mencegah agar hoaks tidak berdampak negatif pada kehidupan mereka.
Oleh karena itu, selalu awasi dan perhatikan informasi apa yang dibaca dan diterima oleh anak-anak Anda. Selain itu, batasi pula penggunaan media sosial mereka dalam satu hari. Jangan sampai anak dan remaja mengalami depresi dan stres karena kebiasaan membaca hoaks.(HNS/RVS/klikdokter)
Jangan sampai anak dan remaja mengalami depresi dan stres karena kebiasaan membaca hoaks.
Redaktur & Reporter : Yessy
- Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Puji Aura Cinta: Anak Itu Pintar & Berani
- Remaja Pembaharu Ashoka Tawarkan Solusi Kreatif Bagi Masalah Sosial dan Lingkungan
- Hoaks Le Minerale Terafiliasi Israel, Pakar Menilai Ada Upaya Menjatuhkan Produk Lokal
- Ini Motif Remaja di Serang Membacok Tamu di Acara Pernikahan
- Kemenkes Mengimbau Masyarakat Bersinergi Melawan Hoaks soal Imunisasi
- Hoaks Titiek Puspa Meninggal Dunia, Inul Daratista Ungkap Kondisinya