Hutan Mangrove Mamuju Terawat dengan Baik

Hutan Mangrove Mamuju Terawat dengan Baik
Komisi IV DPR RI di Hutan Mangrove Mamuju. Foto: Istimewa

"Saya mengharapkan para aktivis lingkungan yang menciptakan wisata mangrove ini tidak hanya membudidayakan saja, tapi bisa menjadi sumber pendapatan bagi kesejahteraan masyarakat di sini. Saya lihat ini baik dan positif," kata Kasriyah.

Namun, masih ada kendala akses jalan menuju hutan yang belum memadai.

Kondisi infrastruktur jalan masih kecil dan kurang bagus.

Kementerian Pekerjaan Umum perlu membantu membangun akses jalan yang memadai menuju objek wisata.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Bunga Karang, Munajib yang melestarikan hutan mangrove menjadi desinasi wisata" menagkui, awalnya dia bekerja sendiri melestarikan hutan sebelum akhirnya dibantu teman-temannya.

Munajib mengatakan, pengelolaan lokasi wisata mangrove Saluleang ini dikerjasamakan dengan pemerintah daerah dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Luas lahan hutan mangrove yang dijadikan objek wisata ini sekitar 30 hektare. 75 hektare lagi tergolong masih produktif.

"Memang ada yang mati, jadi yang masih ada itu sekitar 75 hektare," terang dia.

Kelompok Bunga Karang, ungkap Munajib, telah menerima bantuan dari program Kebun Bibit Rakyat (KBR).

Lewat program ini, Kelompok Bunga Karang mendapat sekitar 50 ribu batang mangrove untuk ditanami di lahan seluas 35 hektare.

"Jadi 35 hektare lewat swadaya masyarakat baik lembaga ataupun yang lain, dan kami juga dibantu oleh bakti sosial dan TNI," jelas dia.
Ditambahkannya, hutan konservasi di Bebanga memang punya potensi menjadi lokasi wisata mangrove.

Kondisi hutan mangrove di Dusun Saluleang, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) terawat dengan baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News