Ibu Sebagai Sumber Awal Kemampuan Literasi

Oleh Dian Budiargo*

Ibu Sebagai Sumber Awal Kemampuan Literasi
Foto Ilustrasi: freepik.com

Selanjutnya, model transaksional adalah komunikasio yang lebih memfokuskan pada peran pengirim dan konteks dimana interaksi terjadi. (Barnlund, 1970)

Ketiga model tersebut menunjukkan komunikasi bisa dikaitkan dengan perkembangan hubungan ibu dan anak. Di saat seseorang masih kecil, pola komunikasinya lebih ke model linier.

Seiring perkembangan usia dan ketika seseorang mulai bermasyarakat, model komunikasinya menuju ke interaksi dan transaksi.

Ada keterikatan yang akan terus berlangsung dan hal itu akan makin meningkatkan kemampuan literasi yang membawa kita mampu memahami apa yang ada dan terjadi di sekitar kita.

Oleh karena itu, seseorang dengan kemampuan literasi rendah akan kesulitan dalam hal pendidikan di sekolah, pekerjaan, bahkan kesamaan dan akses layanan kesehatan, khususnya dalam berinteraksi.

Kurangnya keterampilan berkomunikasi juga berdampak pada kemampuan memproses informasi dan menyulitkan pengintegrasian antara pikiran dengan hal yang akan diucapkan. Hal itu juga akan menyulitkan proses adaptasi dengan lingkungan. (Wood & Hartshorne, 2017)

Dengan demikian, jelas bahwa tanpa literasi berarti tiada interaksi. Komunikasi tanpa literasi bagaikan pepatah “tong kosong nyaring bunyinya” sehingga apa pun yang diucapkan tanpa makna.

Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian ide dengan menggunakan simbol-simbol yang bermakna dari satu orang ke orang yang lain untuk menghasilkan kesamaan pengertian atau yang dikenal dengan mutual understanding. Tanpa kesamaan pengertian maka komunikasi tidak akan efektif.

Namun, sejatinya makna Hari Ibu tidaklah sesederhana itu. Ibu adalah awal dari sumber informasi bagi anak-anaknya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News