ICMI Janji Bantu Berantas Radikalisme di Kalangan Akademisi

ICMI Janji Bantu Berantas Radikalisme di Kalangan Akademisi
Suhardi Alius dan Jimly Asshiddqie. Foto: Ist for JPNN

“Kita datang ke Majelis Ulama (MUI ), Nahdatul Ulama (NU), Muhamadiyah, ormas besar Islam lainnya, ke tokoh lintas agama dan sebagainya. Semua sudah kita datangi satu per satu untuk mendapatkan masukan-masukan. Karena ini dalam konteks kemajemukan yang kita miliki, nasionalisme. Kita memberikan pencerahan,” ujar alumni Akpol 1985 ini.

Mantan Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Sestama Lemhanas) ini menambahkan, pihaknya selama ini juga menggunakan metode turun ke lapangan untuk memberikan pencerahan deradikalisasi, tetapi kami tidak sendirian. Pihaknya juga menggunakan para pakar, akademisi, para ulama dan juga para kombatan (mantan teroris) untuk melakukan program deradikalisasi tersebut.

“Kenapa kami juga gunakan mantan kombatan, karena mereka lebih punya pengaruh kalau berbicara langsung dan menjelaskan kepada masyarakat luas. Mereka untuk menetralisir itu semua, dan ini pekerjaaan besar. Dengan hebatnya teknologi informasi sekarang ini, semua akan terpapar di situ,” ujarnya.

Sementara itu, Jimly mengatakan bahwa ICMI akan membantu BNPT dalam mengatasi radikalisme dan teterorisme yang saat ini sudah mengarah kepada kalangan akademisi.

“Kita membicarakan fenomena yang terjadi di dunia kampus kita. Jadi sekarang ini radikalisme sudah berkembang, bukan hanya di tingkat grassroot  seperti di kalangan orang miskin, terbelakang dan sebagainya yang selama ini diasumsikan, tetapi sekarang ini sudah melibatkan orang-orang yang berpendidikan tinggi,” ujar  Jimly.

Menurut Jimly, sekarang ini sudah banyak orang yang bergelar doktor, profesor sudah terpengaruh paham radikal terorisme. Dirinya mencontohkan seorang dokter yang di Kalimantan beberapa waktu lalu yang diduga bergabung dengan kelompok radikal.

 “Jadi metode brainwash yang dilakukan kelompok teroris ini ternyata efektif, dan itu merebak ke mana-mana,” ujarnya.

Bahkan di kampus sekarang ini menurutnya sudah mulai kemasukan seperti dengan gerakan dengan mengatasnamakan pengajian mahasiswa, pengajian dosen. “Baru sebulan ngaji celananya sudah cingkrang, dalam artian cingkrang yang ektrem bagi mereka sudah terpapar radikalisme, ini yang sangat dikhawatirkan.  Jadi inilah yang kita bahas,” ujarnya.

JAKARTA – Bahaya faham radikal terorisme yang terus menyebar di kalangan masyarakat Indonesia menjadi perhatian serius Badan Nasional Penanggulangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News