IHSG 'Terbakar', Guncangan Global Atau Cermin Kerapuhan Internal?
Gelombang Global dan Ilusi Keterkaitan Langsung
Penurunan tajam di pasar AS dan Eropa pada Senin, 7 April 2025, menjadi pemicu awal kepanikan di Asia. Indeks pan-Eropa STOXX 600 anjlok 4,5 persen, disusul penurunan serupa di London (FTSE 100 -4,38 persen) dan Paris (CAC 40 -4,78 persen).
Di AS, Dow Jones kehilangan 0,91 persen, meski Nasdaq masih bertahan di wilayah positif. Guncangan ini memang berdampak pada pasar Asia, termasuk Indonesia.
Namun, klaim bahwa IHSG hanya menjadi "korban pasif" dari gejolak global adalah penyederhanaan yang berbahaya.
"Faktanya, pasar saham regional seperti Malaysia (KLCI) dan Filipina (PSEi) hanya mengalami koreksi moderat, sementara IHSG terjerembap lebih dalam," ucap Nur Hidayat.
Hal ini mengindikasikan bahwa masalah utama bukan hanya pada arus global, melainkan pada kerentanan spesifik Indonesia. Sebagai pasar berkembang (emerging market), Indonesia memang rentan terhadap aliran modal asing yang fluktuatif.
Tetapi mengapa negara dengan fundamental makro "cukup sehat" seperti Indonesia justru lebih rapuh dibandingkan negara ASEAN lain?
Kesiapan Otoritas
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok hingga memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt).
- Perluas Jangkauan Bisnis, Gotrade Buka Cabang Pertama di Surabaya
- Nilai Saham Telkom Masih di Level Rp 2.600, Analis Merespons
- Data Terbaru Modal Asing Keluar, Berikut Perinciannya
- Bakal Buyback Saham Rp300 Miliar, SIG Tempuh Lewat 2 Tahap Ini
- Harga Emas Diprediksi Bisa Tembus USD 4.000 Per Troy
- Buyback Rp 50 Miliar Erajaya Jadi Sinyal Optimisme untuk Pasar