IKN Pelit

Oleh: Dahlan Iskan

IKN Pelit
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Bandara Daxing dibangun tidak jauh dari situ. Hampir di pertengahan antara Beijing dan Xiong An.

Daxing adalah nama desa yang dipakai nama bandara. Di sana memang tidak ada bandara yang menggunakan nama tokoh. Pun tokoh itu seorang pahlawan besar. Bahkan, bila tokoh itu pendiri negara yang sudah dianggap setengah dewa sekali pun: Mao Zedong.

Sudah dua kali saya ke IKN Nusantara. Ternyata saya juga sudah dua kali ke IKN-nya Tiongkok.

Bedanya lagi: IKN Nusantara harus sudah jadi tahun depan. IKN-nya Tiongkok, yang mulainya lima tahun sebelum Nusantara, boleh selesai 10 tahun lagi. Tepatnya tahun 2035.

Ke bandara baru ini saya harus berangkat pakai kereta bawah tanah dulu. Dari bagian selatan kota Beijing. Lima kali stop. Sampailah ke stasiun khusus: keretanya hanya untuk tujuan Bandara Daxing. Nonstop. Kereta baru. Rel baru.

Lima menit pertama masih merayap di bawah tanah kota Beijing. Lalu muncul ke permukaan menjadi kereta layang. Kanan-kiri persawahan.

Dua menit menjelang bandara kereta kembali menyusup ke bawah tanah. Total hanya 20 menit. Tepat. Cepat sekali. Kecepatan kereta 180 km/jam.

Kalau jalan darat, bisa-bisa 1,5 jam. Lalu-lintas berat sekali.

Beda Xiong An dengan IKN Nusantara: kota baru ini hanya sekitar 100 km dari Beijing. Di sekitar Cirebon –kalau di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News