Iman Abdurrahman Meringkas Peralatan Satu Truk jadi Satu Ransel

Iman Abdurrahman Meringkas Peralatan Satu Truk jadi Satu Ransel
PRAKTIS: Iman Abdurrahman menunjukkan tas ransel stasiun radio portabel karyanya Rabu lalu (17/5). Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

Karena itu, perlu segera didirikan stasiun radio di lokasi bencana untuk menyiarkan kondisi riil yang terjadi. Termasuk perkembangan evakuasi korban, kebutuhan logistik yang mendesak, serta penanganan darurat yang lain.

Selain di Pangandaran, Iman dan kawan-kawannya dari JRKI terlibat dalam penanganan musibah meletusnya Gunung Merapi pada 2010. Kala itu mereka mengawal radio darurat yang diberi nama Jalin Merapi.

Seperti halnya di Pangandaran, Radio Jalin Merapi menyampaikan perkembangan penanganan bencana vulkanik tersebut.

Termasuk meng-update perkembangan kondisi Gunung Merapi dan menyampaikan kondisi serta jumlah korban di rumah sakit, pengungsian, dan kantong-kantong penampungan korban lainnya.

Sama dengan saat di Pangandaran, perangkat stasiun radio pada kasus Merapi meletus juga sangat banyak.

Tidak praktis. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk membawa dan merakitnya hingga siap mengudara. ’’Pokoknya ribet,’’ tutur Iman.

Dari beberapa pengalaman membangun stasiun radio darurat di daerah bencana itulah, Iman akhirnya terinspirasi untuk menyederhanakannya. Dia kemudian merancang stasiun pemancar radio yang bisa dikemas dalam dua koper ukuran jumbo.

Satu koper khusus untuk antena dan baterai. Satu lagi untuk perkakas seperti mikser, pemutar musik, mikrofon, dan transmitter (pemancar).

Iman Abdurrahman menciptakan stasiun radio portabel yang bisa dibawa dengan tas ransel. Karya itu menjadi nomine peraih penghargaan dari PBB.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News