Impor Catat Rekor Baru
Pengembangan Industri Penghasil Bahan Baku Makin Mendesak
Selasa, 03 Mei 2011 – 03:03 WIB
Menurunnya surplus perdagangan dipicu pertumbuhan ekspor yang makin kalah jauh dengan impor. Jika impor Maret tumbuh 23,23 persen dibanding Februari, ekspor hanya tumbuh 13,03 persen atau senilai USD 16,29 miliar.
Ekspor non migas sepanjang Maret terbesar adalah karet dan barang dari karet sebesar USD 201,4 juta. Sedangkan penurunan terbesar adalah pada lemak dan minyak hewan/nabati, terutama CPO (minyak sawit), sebesar USD 559,7 juta. Rusman mengatakan, penurunan ekspor CPO tersebut disebabkan oleh upaya pemenuhan kebutuhan domestik.
Staf Pengajar FEB UGM Anggito Abimanyu mengatakan, neraca perdangan dengan Tiongkok tidak masalah mengalami defisit, asalkan total perdagangan masih surplus. "Asalkan yang diimpor dari China adalah bahan baku," kata Anggito.
Mengenai implementasi ACFTA, Anggito mengatakan memang ada beberapa kelemahan. "Ada 228 pos tarif diklaim dalam skema ACFTA. Jika tidak renegosiasi bisa kalah bersaing dengan China, lalu terjadi banjir produk hingga ke ritel," kata Anggito. Ia mengatakan, selama ini juga memang ada indikasi kecurangan perdagangan seperti dumping dan penyelundupan. (sof)
JAKARTA - Pertumbuhan impor terus melaju kencang hingga mencatatkan rekor baru. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Maret mencapai USD 14,48
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Gelar RUPST 2024, BRI Life Punya Dirut dan Komisaris Baru
- Bertemu Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Memuji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
- Pengamat: Menyimpan Uang di Bank Sangat Aman
- Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub
- Pupuk Indonesia Tambah Alokasi Subsidi untuk Petani di Sumsel
- RUPSLB IDSurvey: PT Surveyor Indonesia Punya Komisaris Baru