In Memoriam Wartawan Senior Jawa Pos Kholili Indro

Tulisannya Beri Energi Ekstra saat Atlet Down

In Memoriam Wartawan Senior Jawa Pos Kholili Indro
Kholili bersama Don King di Las Vegas, Mei 1998. FOTO: dok Kholili Indro

Sebagai wartawan olahraga, karir Kholili sudah lengkap. Selain menunaikan ibadah haji yang sesungguhnya, Pak KO telah "berhaji" dari sisi wartawan olahraga. Yakni meliput langsung Piala Dunia 2002 di Korsel dan Jepang. Selain itu, bapak dua anak tersebut berpengalaman meliput event-event besar olahraga. Di antaranya adalah Olimpiade Sydney 2000, Asian Games Qatar 2006, dan SEA Games Laos 2009.

Meski basic skill-nya adalah wartawan tulis, Kholili juga piawai menjadi jurnalis foto. Karya fotografinya tidak kalah dengan fotografer. Bahkan, dia beberapa kali mendapatkan penghargaan. Salah satunya adalah Piala Prapanca 1994 dari PWI Jatim. Ketika menjadi redaktur, penggemar klub Inggris Arsenal itu sering mengingatkan para wartawan olahraga Jawa Pos untuk selalu membawa kamera saat melakukan tugas peliputan. Kholili juga tidak segan berbagi ilmu fotografi kepada siapa saja.

Pada medio 2010, Kholili mengungkapkan kabar mengejutkan. Dia terserang kanker kelenjar getah bening. Penyakit ganas itu dengan cepat melucuti kekuatan pria kelahiran Desa Indrodelik, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, tersebut. Namun, Kholili tidak menyerah begitu saja. Di tengah perjuangannya menjalani kemoterapi, dia tetap bersemangat menunaikan tugas jurnalistik. Kholili dipercaya sebagai penanggung jawab rubrik sepak bola nasional di halaman Sportainment. 

Meski kondisinya terus menurun, semangat Kholili tidak pernah kendur. Dia tetap menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Kebetulan, Pak KO adalah kru paling senior di kompartemen Sportainment. Perbedaan usia yang cukup jauh dengan rekan kerja dan wartawan tidak membuat Kholili menjauh. Dia tetap dekat. Celetukan-celetukannya ketika mengomentari pertandingan bola di layar kaca begitu menyegarkan. Dia juga aktif memberikan ide saat berdiskusi di grup WhatsApp.

Suatu ketika, setelah menjalani kemo yang ke-35, Kholili berseloroh telah mengukir rekor. Sebab, tidak ada yang bertahan menjalani kemo sebanyak itu. Ya, Kholili memang sosok yang tangguh. Dia melakoni kemoterapi sampai lebih dari 40 kali. Dan Sabtu malam itu (23/7), Kholili akhirnya mengembuskan napas terakhir di RS Husada Utama Surabaya pada usia 53 tahun.

Kabar meninggalnya Kholili mengejutkan insan olahraga. "Sebagai pemain yang dibesarkan Jawa Pos, saya sangat terpukul atas meninggalnya Kholili. Dia adalah wartawan sekaligus kawan dekat saya," kata Mustaqim, mantan penyerang Persebaya dan timnas Indonesia. ''Kehilangan besar. Kholili adalah contoh wartawan yang bisa menjadi panutan bagi wartawan lain,'' ujar Subodro, mantan pelatih Green Force, julukan Persebaya.

"Mas Kholili adalah saksi dan peliput setia Petro sejak Liga Indonesia I. Dia juga yang memberi Petro gelar sebagai tim juara tanpa mahkota. Saya berduka sedalam-dalamnya," kata Widodo Cahyono Putro, eks penyerang Petrokimia Putra Gresik dan timnas yang kini menjadi pelatih Sriwijaya FC Palembang.

Tidak hanya menjadi wartawan yang menghasilkan karya-karya hebat, Kholili juga pribadi yang ramah dengan siapa pun. Termasuk dengan narasumber. Dondo Sugiarto, putra mantan promotor tinju (almarhum) Herry "Aseng" Sugiarto, sangat mengenal sosok Kholili. "Pak Kholili punya dokumentasi foto yang sangat lengkap soal petinju-petinju almarhum bapak," ucapnya.

Sebagai wartawan olahraga, Kholili Indro sangat dekat dengan banyak atlet. Kedekatan itu pula yang membuat mereka begitu kehilangan ketika Kholili

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News