Omzet Peritel Offline Turun, Ternyata Ini Pemicunya

Omzet Peritel Offline Turun, Ternyata Ini Pemicunya
Uang rupiah. Foto ilustrasi: istimewa

“Namanya kemajuan teknologi tak bisa dihindari, toko online bisa jual murah karena cost-nya kecil tidak perlu tempat,” ujarnya. Meski begitu, supaya ada kesetaraan belanja online memang harus dikenakan pajak. "Kan kasihan toko offline investasi buka toko ratusan miliar dan dipungut pajak, tapi toko online justru tidak kena."

Dia mengingatkan ketatnya persaingan bukan terkait online saja, tapi kondisi market ini yang tidak bertambah. “Kalau saya lihat konsumen itu-itu saja, tidak nambah-nambah, tapi pusat perbelanjaan ini terus bertambah,” ujarnya. Artinya ada perebutan market, sehingga peritel pun harus bisa berimprovisasi untuk gaet konsumen. Bahkan harusnya ritel modern lebih murah dari warung.

“Konsumen ini kan kian cerdas karena perubahan milenial dan gaya beli,” sebutnya. Dia juga mengakui persoalan daya beli. Sebab jika karet sedang bagus, maka orang lebih semangat berbelanja karena income-nya lebih, tapi juga sebaliknya.

Nah, kondisi income tidak naik itu yang terjadi saat ini karena faktor fluktuasi harga komoditas. “Karet Sumsel ini sudah bagus, tapi karet banjir di dunia buat harganya jatuh,” ujarnya.

Jadi sebagai solusi meningkatkan daya beli dan harga komoditas, maka industri hilir harus diwujudkan guna meningkatkan value added dari komoditas. “Industri hilir ini akan menjadi sumber pemacu ekonomi baru bagi Sumsel,” bebernya.

Terpisah, Kepala BPS Sumsel, Yos Rudiansyah SE MM menambahkan penggerak ekonomi Sumsel ini cukup beragam. Ada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi fisik, dan nett ekspor. “Memang sampai triwulan III 2017 konsumsi mengalami perlambatan, tetapi investasi fisik dan ekspor sangat tinggi pertumbuhannya,” sebutnya.

Diakuinya, melambatnya konsumsi rumah tangga karena kelompok menengah atas banyak meanbung sehingga konsumsinya terbatas.

“Sementara kelompok masyarakat bawah masih seperti biasa konsumsinya, dengan bekerja sebagai apa saja misalnya buruh bangunan, petani, atau buruh perdagangan di saat harga komoditas primer rendah,” pungkasnya. (cj10/rip/fad/ce1)

Turunnya omzet peritel offline (konvensional) belakangan bukan karena semata-mata perubahan pola belanja konsumen ke transaksi online.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News