Indonesia Adalah Jembatan Perdamaian di Antara Amerika dan China

Indonesia Adalah Jembatan Perdamaian di Antara Amerika dan China
Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Scottish Event Campus (SEC), Glasgow, Skotlandia, pada Senin (01/11/2021) waktu setempat. Foto: ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev/pri

Sejak saat ini rivalitas antara Amerika Serikat dan China terus berkembang secara berlawanan dalam berbagai macam kebijakan.

Pada September, tiga negara yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menyepakati sebuah pakta pertahanan yang dinamakan AUKUS (Australia, Inggris, dan AS).

Pembentukan AUKUS menurut pernyataan bersama ketiga negara bertujuan untuk menghadapi tantangan abad-21.

Namun sejumlah pakar hubungan internasional meyakini bahwa pembentukan AUKUS untuk memulihkan hegemoni Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik serta mengurangi pengaruh China di kawasan yang membentang dari pantai Timur Afrika hingga Kepulauan Pasifik.

Salah satu poin kesepakatan AUKUS yang menjadi perdebatan adalah dukungan terhadap Australia untuk mendapatkan teknologi kapal selam bertenaga nuklir.

Di bawah pakta trilateral AUKUS, Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir.

Australia menjadi negara kedua setelah Inggris yang diberi akses ke teknologi nuklir AS untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Pembangunan kapal selam bertenaga nuklir mendapat kecaman keras dari pemerintah China.

Adanya rivalitas antara AS dan China, Indonesia harus berdiri di tengah sebagai Bridge Builder, yakni jembatan perdamaian, agar konflik terbuka tidak terjadi.

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News