Indonesia Butuh Kedaulatan Cyber untuk Bendung Radikalisme

Menurut Yuli, informasi yang didapatkan di internet memang tidak bisa menggantikan tokoh agama. Tapi bila informasi di internet itu sudah diakses oleh banyak netizen dan mereka setuju dengan pemikiran tersebut, maka orang yang mengakses itu menjadi semakin yakin bahwa paham itu benar.
“Semua paham pada dasarnya bisa disebarkan dengan mudah melalui media sosial (medsos) karena karakteristik internet yang mampu menjangkau banyak orang tanpa terkendala geografis. Adanya jejaring sosial memudahkan netizen (individu) untuk terhubung hanya berdasar interest (minat) yang sama, tanpa saling mengenal,” terangnya.
Ditambah lagi menurutnya, di dunia maya individu bebas menuliskan ide dan pemikirannya, kemudian dishare (dibagikan) pada masyarakat online dengan mudah dan cepat
“Netizen bisa sesering mungkin mengungkapkan pemikirannya dan berulang-ulang tanpa ada batasan. Ketika tulisan itu diakses oleh netizen lain yang punya minat dan pemikiran yang sama maka akan menjadi sebuah viral (topik unggulan) di lingkungan netizen yang punya minat sama,” kata Yuli. (jos/jpnn)
JAKARTA – Internet menjadi pintu utama bagi banyak informasi termasuk paham radikal. Indonesia harus punya kedaulatan cyber terlebih dahulu,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ary Ginanjar Menilai Jakarta Pionir Manajemen Talenta Berbasis AI di Indonesia
- Gerak Cepat, Telkomsel Pulihkan Layanan Jaringan Internet saat Listrik Mati di Bali
- Wikipedia Berencana Memanfaatkan AI Untuk Memudahkan Editor dan Moderator
- Mark Zuckerberg Mengumumkan Pencapaian Jumlah Pengguna WhatsApp
- DTI-CX 2025 Sebagai Upaya Indonesia Menuju Masa Depan Digital
- Lewat Aplikasi Ini, Perjalanan Dinas Bisa Lebih Terstruktur dan Transparan