Indonesia’s FOLU Net Sink Perkuat Implementasi Pengelolaan Hutan Lestari

Indonesia’s FOLU Net Sink Perkuat Implementasi Pengelolaan Hutan Lestari
Ketua Delegasi RI yang juga Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto. Foto: KLHK

jpnn.com, NEW YORK - Indonesia’s FOLU memperkuat implementasi pengelolaan hutan lestari dan perhutanan sosial agar berdampak pada penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).

Hal itu sebagai bagian kontribusi Indonesia untuk pengendalian perubahan iklim global.

Itu kesimpulan dari acara side event bertajuk “Indonesia’s FOLU Net Sink 2030: Strengthening the Implementation of Sustainable Forest Management and Social Forestry Program” pada sidang 18th session of the United Nations Forum on Forests (UNFF18) di Kantor Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, Kamis, (11/5).

Ketua Delegasi RI yang juga Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto mengatakan agenda Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 merupakan inisiasi Indonesia yang sejalan dengan Perjanjian Paris untuk mengendalikan bencana perubahan iklim.

Dia menyebutkan melalui agenda ini, sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan lainnya (FOLU) dirancang akan mencapai tingkat serapan karbon yang lebih tinggi dibandingkan emisinya.

Itu diprediksi dapat berkontribusi sekitar 60 persen dari total target penurunan emisi GRK Indonesia pada tahun 2030 seperti tercantum dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC).

"Sebagai sektor penyumbang terbesar pencapaian target NDC, sektor kehutanan Indonesia secara konsisten mendukung agenda FOLU Net Sink. Hal ini akan terus berlanjut dengan manfaat yang telah dirasakan dalam dua tahun terakhir antara lain penurunan emisi GRK yang signifikan hingga 43-47 persen," kata Agus dalam keterangannya, Sabtu (13/5).

Djs menyebutkan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 utamanya bersumber dari penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan termasuk akibat kebakaran hutan dan lahan, pembangunan hutan tanaman, pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi hutan dan lahan termasuk restorasi ekosistem gambut dan mangrove, penguatan tata kelola gambut, serta konservasi sumberdaya hutan dengan total investasi sebesar 14 miliar dolar Amerika Serikat.

Indonesia’s FOLU memperkuat implementasi pengelolaan hutan lestari dan perhutanan sosial agar berdampak pada penurunan emisi GRK.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News