Industri Sawit Masih Hadapi Tekanan Harga

Industri Sawit Masih Hadapi Tekanan Harga
Ilustrasi kelapa sawit. Foto: JPNN

’’Dari sini terlihat adanya dampak kelesuan ekonomi. Harga tersebut terus tergerus seiring dengan lesunya ekonomi global yang mengakibatkan lesunya permintaan dan melimpahnya produksi minyak nabati lain yang membuat harga menjadi murah,’’ kata Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan.

Akhir pekan lalu, pemerintah Indonesia menyatakan akan bersinergi dengan Malaysia untuk mengisi pasokan CPO ke Tiongkok.

’’Kami sepakat bersama-sama mendorong agar Tiongkok bisa menggunakan B5 sehingga mengurangi trade deficit dengan Indonesia dan Malaysia sekaligus sebagai energi yang ramah lingkungan,’’ papar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang sebelumnya bertemu dengan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditas Malaysia Datuk Seri Mah Siew Keong.

Rencana ekspor tersebut mendapat respons positif dari Gapki.

’’Potensi Tiongkok masih sangat besar. Itu peluang bagi kita. Pasar terbesar CPO Indonesia adalah India, Uni Eropa, Tiongkok, dan Pakistan,’’ tegas Tofan Mahdi, juru bicara Gapki.

Selama semester pertama 2017, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan utama juga tumbuh positif, kecuali Pakistan.

Ekspor semester pertama ke Pakistan menurun lima persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau dari 1,1 juta ton pada semester pertama 2016 turun menjadi 1,05 juta ton pada periode yang sama tahun ini.

 Penurunan juga diikuti negara-negara Timur Tengah yang membukukan 12 persen.

Industri sawit masih menghadapi tantangan melimpahnya produk nabati lain yang cukup mengganggu harga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News