Ingat ya, Satu Informasi Hoaks Bisa Menyebar ke 20 Ribu Netizen di Medsos

Ingat ya, Satu Informasi Hoaks Bisa Menyebar ke 20 Ribu Netizen di Medsos
Dekan Fikom Universitas Tarumanagara Riris Loisa. Foto: istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Maman Suherman mengatakan, maraknya hoaks di Indonesia karena rendahnya literasi digital masyarakat. Itu sebabnya Indonesia menjadi produsen hoaks terbesar di dunia karena 147 juta penduduknya memegang gawai.

"Harus diingat, satu info hoaks bisa menyentuh 20 ribu netizen di medsos. Jangan heran kita disebut produsen hoaks terbesar di dunia," kata Maman yang tampil sebagai pembicara di acara ulang tahun ke-13 Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Tarumanagara (Untar) Jakarta, Selasa (25/6).

Yang menjadi pertanyaan sekarang, lanjutnya, apakah mahasiswa lebih sering menyebar hoaks dibandingkan kaum kolonial. Dia mencontohkan di Pilgub DKI Jakarta, ada bisnis jasa menyebar hoaks. Hoaks tidak akan pernah berhenti karena ternyata ini jadi bisnis besar.

"Informasi omong kosong diproduksi menjadi kebenaran karena uang. Indonesia sangat berbahaya karena berpotensi besar. Itu sebabnya, Fikom tidak bisa dihapuskan di perguruan tinggi. Justru Fikom harus jadi garda terdepan dalam mengedukasi masyarakat agar menjadi literat-literat. Bukan malah intens di medsos," beber pegiat literasi ini.

BACA JUGA: 2 Hal Penting Dibahas Prabowo setelah MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Maman melanjutkan, orang Indonesia mudah dimasuki hoaks karena landasannya hanya baca medsos. Dia sarankan di perguruan tinggi perlu ada mata kuliah literasi media. "Ingat, mahasiswa jangan jadi kolonial penyebar hoaks," tegasnya.

Pada kesempatan sama Rektor Untar Prof Agustinus Purna Irawan mengungkapkan, mahasiswa Fikom ikut andil dalam memberantas hoaks. Hal ini dilakukan dengan memperkuat literasi digital di kalangan mahasiswa dan dosen.

"Mahasiswa kami juga berselancar di medsos untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Meng-update informasi-informasi penting yang perlu diketahui masyarakat. Informasi ini sudah melalui verifikasi, validasi, dan konfirmasi," terang Prof Agustinus yang didampingi Dekan Fikom Riris Loisa.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah mahasiswa lebih sering menyebar hoaks dibandingkan kaum kolonial.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News