Ini Alasan Turis Tiongkok Belum Tentu akan Datang dalam Jumlah Besar ke Australia
Persyaratan karantina menjadi salah satu kendala
Tiongkok saat ini menjadi satu-satunya negara besar di dunia yang menganut pendekatan nol kasus COVID.
Sejak virus ditemukan di Wuhan dua tahun lalu, pembatasan ketat, larangan perjalanan, dan testing massal dilakukan untuk mencegah penyebaran kasus di sana.
Adanya pendekatan ketat ini membuat perjalanan mereka untuk masuk dan keluar Tiongkok juga sangat dibatasi.
Sebagai contoh, pemerintah Tiongkok sudah membangun batas yang dijaga ketat dengan negara tetangga seperti Myanmar dan Vietnam selama pandemi untuk mencegah pergerakan orang juga akan membawa virus masuk.
Badan Penerbangan Sipil Tiongkok baru-baru ini mengumumkan, hanya 408 penerbangan internasional yang diizinkan masuk ke Tiongkok per minggu selama musim dingin antara 31 Oktober 2021 sampai 26 Maret 2022, berkurang dari 644 penerbangan selama musim panas.
Jadi, meski warga Tiongkok tidak dibatasi bepergian ke luar negeri, pada kenyataannya sulit bagi mereka untuk melakukannya.
Selain itu, persyaratan karantina yang lama saat mereka kembali ke Tiongkok juga menjadi salah satu kendala.
Setelah tiba ke Tiongkok, warga harus menjalani karantina selama 14 hari di hotel atau fasilitas yang ditentukan pemerintah.
Meski turis asal Tiongkok paling banyak membelanjakan uang mereka di Australia, setelah nantinya perbatasan internasional dibuka mereka belum tentu akan kembali dalam jumlah besar
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025