Ini Kisah Hidup Pak Sutopo, Rela Tinggalkan Cita - Cita demi Jadi Pembawa Kabar Bencana

Ini Kisah Hidup Pak Sutopo, Rela Tinggalkan Cita - Cita demi Jadi Pembawa Kabar Bencana
Presiden Joko Widodo dan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Sutopo Purwo Nugroho di Istana Negara. Foto: Setpres

BACA JUGA : Sutopo Purwo tetap Bikin Rilis sebelum ke Ruang Operasi

Salah satunya buku tentang komunikasi dan media massa. Di meja kerjanya ada beberapa tumpukan koran nasional dan tumpukan tinggi map berisi laporan bencana alam dari berbagai daerah.

Panggilan jiwa untuk berbagi kabar bencana ini pula yang membuat Sutopo harus mengambil keputusan besar dalam karirnya. Dengan latar keilmuannya di bidang geografi fisik, hidrologi, dan pengelolaan lingkungan Sutopo memilih tetap mengembangkan karir kehumasannya dan melepas gelar profesor yang sudah siap diraihnya.

Jika bersedia meninggalkan BNPB, maka mahasiswa teladan dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini akan mendapatkan gelar profesor tersebut. Tetapi, itu tidak Sutopo lakukan. Dia masih menikmati menulis kabar bencana, dan memilih meninggalkan kesempatan meraih gelar tersebut. Dia berat meninggalkan BNPB.

Berikut petikan wawancara wartawan JPNN Natalia Laurens dengan Sutopo di ruang kerjanya, lantai 4 Gedung BNPB  Jalan Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta, pada Rabu, Desember 2013 lalu :

Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB?

Saya masuk jadi Kepala Pusat Data dan informasi BNPB itu Desember 2010. Awalnya saya peneliti di BPPT. Kemudian sekitar Agustus 2010 diperbantukan di BNPB. Waktu itu saya menjabat direktur pengurangan resiko bencana BNPB. Saya tangani prabencana. Waktu itu bencana Wasior. Saya sampaikan kepada Kepala BNPB. Sebenarnya di BPPT saya sudah banyak bergaul dengan wartawan, karena waktu Bencana Situ Gintung, saya sendirian ngomong karena saya punya data sendiri. Nah waktu mau pindah ke sini saya dikasih tahu nanti kamu di BNPB enggak bisa ngomong bebas ke wartawan karena kamu kan peneliti. Di sana birokrat. Akhirnya saya juga mengurangi dekat dengan wartawan saat itu. Wasior saya punya data, saya enggak kasih statement apa-apa. Kemudian terjadi tsunami Mentawai. Selang sehari Merapi meletus. 25-26 Oktober 2010. Waktu di Mentawai saya memberikan statement karena yang punya data semua saya, ya kasih semua ke wartawan. Saya kan biasa bawa laptop, kalian belum tentu punya fotonya semua. Saya kasih. Kemudian waktu bencana Merapi besar. Di sini kosong jabatan waktu itu. Akhirnya saya dilantik. Saya bilang pak saya kan enggak punya background tentang kehumasan. Kemudian Pak Syamsul  Kepala BNPB yang pernah jadi Kapuspen TNI di zaman reformasi, dia memberi tahu 'udahlah Topo kamu kan doktor, kamu bisa menjelaskan pada masyarakat dengan lebih ilmiah, komprehensif sehingga masyarakat menjadi tenang. Nah akhirnya saya jadi banyak tampil. Kata orang saya memberitahukan soal data-data itu sehingga masyarakat jadi tenang. Itu kata orang lho, saat itu saya masih dua jabatan. Akhirnya saya dilantik.

Bagaimana cara Anda mengembangkan diri di jabatan baru itu, sebelumnya kan tidak ada pengalaman?

Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia setelah mengidap penyakit kanker paru - paru sejak Januari lalu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News