Inilah Suara Sejumlah Pimpinan Ponpes soal Sekolah Lima Hari

Inilah Suara Sejumlah Pimpinan Ponpes soal Sekolah Lima Hari
Siswa di daerah pedalaman, harus melewati rawa-rawa untuk berangkat dan pulang sekolah. Ilustrasi Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

Terpisah, Pimpinan Pondok Pesantren KH Zaenal Musthafa Sukamanah KH Acep Tohir Fuad mengatakan penerapan Full Day School tidak tepat atau tidak cocok dilaksanakan di Tasikmalaya. ”Kalau bisa sudah dihentikan (pelaksanaan Full Day School, Red),” ujar KH Acep.

Alasan KH Acep menyebut FDS tidak tepat diterapkan di Tasikmalaya karena akan mengurangi waktu dan kesempatan anak mempelajari ilmu agama Islam di pesantren.

”Nanti akan berseberangan dengan ormas-ormas Islam yang mempunyai pesantren-pesantren,” analisa KH Acep Tohir Fuad.

Menurut KH Acep Tohir, penerapan FDS bisa-bisa nanti kualitas generasi penerus bangsa malah akan melemah karena kekurangan pendidikan agama.

”Dalam situasi saat ini saja dengan banyaknya pesantren, masih banyak kekurangan. Apalagi kalau pendidikan agama di pesantren banyak yang dipangkas,” kritik KH Acep.

Sementara, Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya KH Zaenal Abidin Anwar meminta agar kebijakan penerapan FDS ini dikaji kembali lebih mendalam oleh pemerintah pusat. ”Masalahnya cobalah didiskusikan atau dimusyawarahkan,” ungkapnya.

Menurut KH Zaenal, penerapan FDS, memang baru tahap pengajuan dan masih dalam pengembangan. Pada dasarnya pendidikan itu adalah mendidik manusia.

”Manusia itu terdiri dari jasmani dan rohani. Kalau umpamanya pinter hanya jasmaninya saja, berarti orang pinter tapi tidak mempunyai manusiawi,” analisa KH Zaenal.

Kebijakan sekolah lima hari terus menuai penolakan. Sejumlah ulama yag juga pimpinan pondok pesantren di Kabupaten Tasikmalaya, Jabar, menganggap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News