Islah Menjadi Harga Mati untuk PKB

Usulkan JK Jadi Mediator

Islah Menjadi Harga Mati untuk PKB
Islah Menjadi Harga Mati untuk PKB
JAKARTA -- Hasil kerja Komite Islah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PKNU yang digagas Sekjen DPP PKB Lukman Edy dkk belum menunjukkan hasil signifikan. Hingga kini, proses rekonsiliasi yang didorong oleh sejumlah pengurus di masing-masing kubu itu masih menemui jalan buntu.

Tiga figur sentral, baik Muhaimin Iskandar (kubu PKB Ancol), Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid (kubu PKB Parung), maupun Choirul Anam (PKNU), belum satu arah menyikapi konsep islah. "Biasanya, kalau konflik sudah terlalu dalam dan lama seperti di PKB, dibutuhkan orang ketiga sebagai mediator," ujar Direktur Eksekutif Indobarometer Muhammad Qodari.

Menurut dia, PB NU yang memiliki kaitan erat dalam pembentukan PKB seharusnya bisa mengambil peran lebih. "Tapi, apakah semua kubu menganggap PB NU nanti sanggup netral? Atau, jangan-jangan preferensi PB NU nanti malah bukan untuk PKB lagi, tapi yang lain," imbuh Qodari.  

Pilihan lainnya, ungkap dia, adalah mencari mediator dari orang luar. Kriterianya, mereka yang berpengalaman sebagai penengah konflik dan dihormati. Qodari sempat melontarkan dua nama, yakni Jusuf Kalla (JK) dan Taufik Kiemas (TK). Dua tokoh tersebut memiliki track record sebagai tokoh yang bisa mempersatukan dua kubu yang berseteru. "Saya pikir, JK akan bisa menjadi mediator yang efektif. Sebab, dia juga masuk keluarga besar NU," kata Qodari. Selain itu, meski pernah menjadi ketua umum Partai Golkar, kiprah Kalla di partai tersebut sudah tidak intens lagi. "Dia punya pengalaman diplomatis, bahkan tidak hanya konflik mulut seperti di PKB, tapi juga konflik yang melibatkan senjata dan parang," tambahnya.

JAKARTA -- Hasil kerja Komite Islah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan PKNU yang digagas Sekjen DPP PKB Lukman Edy dkk belum menunjukkan hasil signifikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News