Istana Pilih Timur Agar Polri Akur

Istana Pilih Timur Agar Polri Akur
Istana Pilih Timur Agar Polri Akur
Surat dari Istana memang baru datang sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu Jawa Pos melihat  salah satu staf Sekretariat Jenderal DPR RI tampak terburu-buru menuju ruang kerja Marzuki. Benar saja, staf Setjen DPR itu membawa surat pencalonan Kapolri baru

Marzuki menyatakan, sejatinya memang ada keinginan Presiden untuk menyampaikan surat pencalonan Kapolri pada 3 Oktober. Namun, tanpa disangka, ternyata tanggal tersebut jatuh pada hari Minggu. Logikanya, karena jatuh pada hari libur, tentu surat itu tidak bisa diterima Setjen DPR. "Baru diserahkan deputi Sekjen kepada saya beberapa menit yang lalu," kata Marzuki.

Namun, diakui oleh Marzuki, bahwa terdapat perubahan dalam pencalonan Kapolri. Yakni, dari dua nama yang diajukan, menjadi satu nama saja. "Saya tidak tahu persis alasannya kenapa," kata Marzuki.

Pencalonan Timur itu, kata Marzuki, tentu merupakan pilihan terbaik yang diambil oleh Presiden. Dia meyakini, tidak ada intervensi atas pilihan Presiden untuk menetapkan Timur sebagai calon Kapolri. "Walaupun bintang satu sekalipun, tentu bisa di speed up (dipercepat, red) menjadi naik pangkat lebih tinggi. Tidak ada aturan (Komjen) harus menjabat dulu," sanggahnya.

JAKARTA - Teka teki siapa calon Kapolri yang dipilih SBY akhirnya terjawab. Bukan Nanan Soekarna, bukan Imam Sudjarwo dan bukan Ito Sumardi. Presiden

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News